Rasanya kami para penyelam sepakat, satu-satunya hal paling menyebalkan dari menyelam adalah memakai wetsuit. Bahkan mencuci alat usai penyelaman terakhir setiap hari pun tidak semenyebalkan memakai wetsuit –apalagi dalam kondisi kering. Ada yang bilang hilang deh satu centong nasi atau terbakar sekian ratus kalori untuk kegiatan pasang wetsuit itu, saking menguras tenaganya!
Memakai wetsuit sangat menguras tenaga
Cuma satu itu yang menyebalkan dari menyelam? Iya cuma satu itu. Swear! Sisanya semua menyenangkan! Baik recreational dive maupun menyelam untuk bekerja, menyenangkan! Kegiatan di dalam airnya, jangan ditanya, apalagi kalau visibility bagus dan banyak ‘barang’ yang bisa dilihat. Dan catat ya, tidak pernah ada penyelaman yang persis sama bahkan jika kita melakukannya di tempat yang sama sekalipun. Setiap kali turun, siap-siaplah mendapatkan pengalaman baru.
Kegiatan di atas (di darat atau di kapal kalau trip-nya adalah LOB/Live-On-Board) juga banyak dan tak pernah membosankan. Saya pribadi lebih suka LOB, seperti yang saya lakukan beberapa bulan lalu bersama tim Ekspedisi Terumbu Karang di Perairan Alor dan Fores Timur bersama WWF-Indonesia tanggal 20-30 Maret 2017. Meski fasilitas di kapal nggak senyaman kalau kita tinggal di resor atau hotel, tapi tinggal di kapal menawarkan dinamika tersendiri. Karena ruang main kami terbatas –KLM FRS Menami memang lebih besar daripada kapal LOB yang sering saya naiki, tapi tetap aja yaa... namanya kapal pasti lebih terbatas— kami jadi lebih banyak ngobrol dan jadi cepat akrab. Apalagi kalau sinyal sudah mulai hilang. Obrolan bisa ngalor-ngidul ngacak ke mana-mana. Yang paling seru: ceng-ceng-an soal apa aja yang kita lihat dalam penyelaman. Sama dengan recreational dive, penyelaman ekspedisi ini juga dibagi ke dalam dua grup. Jadi, kalau grup yang satu nemu hiu sementara grup lain nggak aja jadi heboh adu sombong.
Nurse shark
Perjalanan laut dengan kapal berhari-hari juga memungkinkan kami melihat hal-hal menarik sepanjang perjalanan. Atraksi lumba-lumba melompat beriringan, yang membuat kami semua serempak berkumpul di dek depan kapal sambil mengangkat kamera dan menyerukan koor tanpa komando, adalah atraksi yang hampir selalu saya dapatkan dalam perjalanan LOB.
Lumba-lumba bermunculan
Sunset spektakuler yang jatuh ke laut tak berbatas adalah bonus lain perjalanan diving dengan LOB. Berhubung kita berada di laut lepas, jadi kecil kemungkinannya sunset ketutup sesuatu seperti di kota. Kalaupun ketutup pulau, semburat merahnya masih bisa banget dinikmati. Apalagi kalau LOB-nya di Indonesia Timur, beuuhhh semburat sunset-nya selalu membara bahkan saat mataharinya sudah masuk ke perut bumi. Bonus lainnya adalah pelangi, langit bertabur bintang dan milky way.
Sunset di belakang kapal kami
After sunset di sebuah desa di Alor Timur
Duduk bengong memandangi laut lepas saat perjalanan menuju dan kembali dari titik selam, atau saat sore-sore usai penyelaman juga menjadi kegiatan wajib saya, yang sangat menyenangkan dari diving trip. Tenang aja gitu lho.... Seperti meditasi.
Buat saya satu lagi yang menyenangkan, kalau ada teman atau kru kapal yang bisa ngegitar. Maka melantunlah lagu-lagu Manado, Ambon dan Papua dari mulut saya. Emangnya bagus suara saya? Pede amat nyanyi? Nggak, tapi jadi lumayan aja kalau nyanyinya sambil kena tiupan angin laut. Hahaha....
Tulisan ini juga dimuat di website WWF-Indonesia, klik di sini.
Baca juga “Siapa Mau Kerja Enak di Bawah Laut?” dan “Ogah Skip Dive Demi Cintaku Hiu”