Desa Wisata Compang Todo, dulunya kerajaan penguasa Manggarai Raya di Flores
Mungkin sedikit yang tahu, ada sebuah kerajaan di Manggarai Pulau Flores Nusa Tenggara Timur, yang asal-muasalnya dari Minangkabau. Namanya Todo. Sekarang dikenal dengan sebutan Desa Adat Todo atau Desa Wisata Compang Todo. Dulu rumah adatnya berupa rumah gadang namun kemudian berubah menjadi rumah kerucut yang disebut niang --sama dengan yang di Waerebo. Tidak sepopuler Waerebo, padahal dulu daerah kekuasaannya sampai Selat Sape (dekat Bima Pulau Sumbawa) di barat hingga perbatasan dengan Kabupaten Ngada di sebelah timur. Uniknya, versi Todo menyebut tak ada hubungan darah dengan orang Waerebo. Tapi versi Waerebo menyebut ada. Yang jelas nenek moyang mereka sama-sama dari Minangkabau.
Baca bagian 1 di sini.
SAMA-SAMA MINANGKABAU TAPI TAK ADA HUBUNGAN DARAH DENGAN WAEREBO
Nah ini uniknya. Nenek moyang orang Todo dan Waerebo sama-sama berasal dari Minangkabau. Tapi berdasarkan sejarah yang diyakini orang Todo, mereka tidak memiliki hubungan keluarga dengan orang Waerebo. Tapi orang Waerebo menyatakan, generasi pertama mereka adalah putra sulung dari salah satu Raja Todo.
Baca juga: "Apa Saja yang Bisa Dilakukan di Waerebo? Beratkah Trekkingnya?"
Yang jelas statusnya memang berbeda. Di Todo ada jejak keraajan, di Waerebo tidak ada. Waerebo sebagai salah satu kampung yang berada di bawah Kerajaan Manggarai di Todo hanya pernah memiliki hubungan kerja dengan Todo. Begitu penjelasan Sandri.
Rumah adatnya sama denga Waerebo, dan nenek moyangnya sama-sama dari Minangkabau
JANGKAR BESI DAN ASAL MULA NAMA MANGGARAI
Ada sisa jangkar besi yang cukup besar ditaruh di dalam Niang Mbowang, di dekat pintu masuk. “Ini bukti bahwa nenek moyang kami datang dari Minang, berlayar naik kapal kayu, tidak ada tujuan, ke mana ombak membawa saja. Sempat singgah di Bima, lalu tali jangkar terbawa arus, terdamparlah mereka di dekat Labuan Bajo. Nama tempatnya Wriloka. Lalu masuk sampai ke sini. Itu sebelum abad ke-11,” cerita Sandri. Mungkin maksudnya Warloka, daerah pesisir di dekat Labuan Bajo.
Kampung Todo, nenek moyang mereka sampai di sini sebelum abad ke-11
Nah, nama Manggarai diambil dari jangkar ini. Manggar itu artinya tali jangkar. Rai itu artinya lari. Manggar lari. Tali jangkar yang lari terbawa arus. Begitulah asal-mula nama Manggarai.
Tapi sayangnya memang tidak ada bukti ataupun keterangan tentang daerah asal yang lebih spesisfik, Minangkabau sebelah mana atau kampung apa. Sudah terputus hubungannya. Kata Sandri, beberapa orang Minang yang datang berkunjung pun tidak menemukan persamaan. Apalagi agama mayoritas orang Todo adalah Katolik.
TENTANG GENDANG PUSAKA DARI KULIT WANITA CANTIK
Konon di Kampung Todo ini disimpan sebuah gendang pusaka yang terbuat dari kulit manusia. Jangan berharap bisa melihatnya karena untuk mengeluarkannya dibutuhkan ritual khusus. Gendang yang Trippers lihat digantung di Niang Mbowang bukanlah gendang pusaka tersebut.
Ini bukanlah gendang pusaka itu
Menurut cerita turun-temurun yang juga berbeda-beda, kurang lebih begini katanya. Konon ada seorang putri cantik yang diperebutkan oleh tiga kerajaan yaitu Todo, Bima dan Goa. Singkat cerita hingga berakhir dengan dibunuhnya sang putri jelita, dan kulitnya dipakai untuk membuat gendang.
CARA KE KAMPUNG TODO
Jalanan menuju Kampung Todo. Dari jauh atap-atap kerucutnya terlihat
Baca juga: "17 Spot yang Bisa Dikunjungi di TN Komodo, Bukan Cuma Pulau Komodo dan Padar (Bagian 1)"
Dengan mobil sewaan kalau dari Labuan Bajo ke Kampung Todo butuh waktu 3,5-4 jam melewati daerah Lembor. Sedangkan kalau berangkatnya dari Kota Ruteng hanya sekitar 1,5 jam, melewati Desa Cancar yang terkenal dengan sawah jaring laba-labanya.
Mobil parkir di depan sekretariat ini
Lalu tinggal jalan kaki sedikit ke lokasi kampungnya
Tidak butuh trekking untuk sampai lokasinya. Mobil bisa parkir tepat di depan sekretariatnya. Jadi tempat ini sangat mudah dijangkau.