KOH KONYAN KOH, HONGBAO NALAI? 2017-01-28 00:00

 

Tahun Baru Imlek alias Sin Chia alias Konyan (asalnya: Guo Nian/Kuo Nien) memang identik dengan angpao alias amplop merah yang digemari banyak orang. Ya, tradisi China terutama untuk tahun baru yang dianggap krusial memang nggak jauh-jauh dari pesan dan harapankan kemakmuran (baca: kekayaan). Semua simbol pasti mengarah pada rejeki yang banyak, berlapis, banyak sisa (berlimpah) dan tak habis-habis.

Kebiasaan yang dilakukan menjelang atau pada hari pertama tahun baru ada banyak dan berbeda antara satu dengan yang lain. Ada tradisi yang diikuti dari negeri Tiongkok, ada juga tradisi yang hanya ada di Indonesia, itu pun hanya di kalangan masyakarat Tionghoa tertentu. Jadi keturunan Tionghoa asal Medan bisa jadi punya tradisi yang berbeda dengan yang asal Pontianak, apalagi asal Bekasi dan Tangerang (dikenal sebagai China Benteng).

Berikut ini beberapa tradisi atau kebiasaan turun temurun yang berkaitan dengan Tahun Baru Imlek, baik yang hanya dilakukan di Indonesia (itu pun hanya di kalangan masyarakat tertentu) atau dilakukan secara global oleh keturunan Tionghoa di mana pun.

 

1. BERSIH-BERSIH RUMAH SEBELUM PERAYAAN DAN PANTANG MENYAPU

Karena ada pantangan menyapu dan melakukan bersih-bersih rumah saat hari tahun baru (bahkan ada yang mempraktekkannya 3 hari), maka penting sekali untuk membersihkan rumah sebelum perayaan. Selain demi kebersihan tentunya, maknanya juga adalah membuang kekotoran, ketidakberuntungan dan hal-hal buruk di tahun yang akan lewat. Sedangkan pantang menyapu pas hari tahun baru dipercaya agar rezeki yang sudah diundang datang tidak ikut tersapu keluar.

 

2. PAKAI BAJU MERAH DAN DEKORASI MERAH DI MANA-MANA

 

Warna merah dipercaya mampu mengusir kekuatan jahat. Juga melambangkan kebahagiaan, kemakmuran dan hal-hal baik lainnya. Jadi jelang Tahun Baru Imlek rumah dihias dengan ornamen serba merah: chun lian (kertas bertuliskan puisi), gambar-gambar, lampion, apa aja deh. Pas malam (terutama) dan hari tahun barunya, banyak yang mengenakan baju merah. Bahkan ada kepercayaan, pakaian dalam juga harus merah.

 

 

 

3. MAKAN MALAM BERSAMA

Yu Sheng

 

Penting untuk pulang ke rumah orang tua guna makan bersama di malam tahun baru (Sacap Me –malam tanggal 30). Ada yang makan malam biasa dengan masakan khas Imlek berdasarkan kebiasaan masing-masing. Ada juga tradisi makan Yu Sheng, yakni makan aneka salad dingin seperti irisan ikan salmon, ubur-ubur, dan aneka sayuran seperti wortel yang diiris tipis-tipis. Satu piring yu sheng dimakan ramai-ramai dengan sumpit. Semua anggota keluarga mengaduknya bareng-bareng lalu mengangkatnya tinggi-tinggi. Yang bisa mengangkat paling tinggi hokienya paling bagus katanya.

Soal makan besar ini, penting juga untuk tidak membalik ikan saat mengambilnya untuk dimakan. Kalau bagian atas sudah habis, tulangnya yang diangkat atau dipinggirkan supaya daging bagian bawah bisa diambil, bukan dibalik. Dibalik itu melambangkan perahu terbalik/karam, berarti bisnis Anda juga akan karam.

Sepanjang perayaan tahun baru juga tabu makan bubur karena bubur perlambang kemiskinan.

 

4. TIDAK TIDUR HINGGA LEPAS TENGAH MALAM

Biasanya usai makan malam bersama, semua anggota keluarga duduk di ruang keluarga, berbincang, melewatkan family time. Dan mereka melek hingga lepas tengah malam karena kalau sudah keburu molor sebelum tengah malam, rezeki tahun depan akan seret. Tepat tengah malam, keluarga yang memiliki meja abu (meja sembahyang leluhur) atau altar sembahyang melakukan sembahyang dengan memasang hio. Aturan yang lengkap: sembahyang di depan rumah, di altar Buddha dan/atau Dewi Kwan Im (bagi pemeluk agama Buddha), di meja abu, di altar dewa dapur.

 

5. MAKANAN YANG WAJIB ADA

Kue keranjang

 

Yang utama tentu kue keranjang/kue China (nian gao). Kue yang manis dan lengket ini dimaksudkan untuk menyogok dewa dapur agar memberikan laporan yang manis-manis ke Kekaisaran Langit. Kolang-kaling atau disebut buah atep, yang disandingkan dengan agar-agar, juga dianggap wajib dengan maksud agar tahun yang akan datang tetap/tetep segar. Kue lapis supaya rejeki berlapis-lapis. Makan ikan bandeng yang banyak durinya melambangkan rejeki yang selalu bersisa (melimpah) seperti makan bandeng yang pasti menyisakan banyak duri di piring. Sajian di meja tamu juga ada aneka macam manisan yang disajikan dalam satu set toples berbentuk segi delapan. Jeruk mandarin pasti tak ketinggalan karena bunyinya sama dengan ji yang artinya keberuntungan.

 

6. BAGI-BAGI ANGPAO (HONGBAO)

 

Nah, ini yang paling disuka, oleh siapa pun! Bahkan oleh yang tidak merayakan sekalipun. Ngaku deeeh... Pertanyaan “angpao nalai?” sering kali terdengar. Maksudnya angpaonya mana? Bagi orang Tionghoa, berbagi rezeki saat di awal tahun melambangkan kedermawanan dan dipercaya akan mendatangkan rezeki yang banyak. Tapi ada aturannya. Secara umum, angpao diberikan dari yang lebih tua ke yang lebih muda atau anak-anak. Secara khusus, yang memberikan angpao harus yang sudah menikah. Kalau belum menikah, walaupun sudah berusia dewasa bahkan berstatus bos di perusahaan, dilarang memberikan angpao karena akan berat jodoh. Malah mereka masih menerima angpao bahkan dari yang lebih muda yang sudah menikah disertai doa semoga cepat ketemu jodoh. Besaran isi angpao nggak masalah berapa, tapi jumlah lembarannya nggak boleh ganjil.

 

 

7. MENYALAKAN KEMBANG API DAN PETASAN

Kegaduhan yang ditimbulkan petasan dan nyala kembang api dipercaya membuat makhluk-makhluk jahat ketakutan dan lari ngibrit, yang berarti nasib buruk pergi, datanglah nasib baik.

 

8. MENGHARAP HUJAN TURUN

Hujan di hari pertama Tahun Baru Imlek dipercaya membawa rezeki yang berlimpah di tahun yang baru dimulai itu.

 

9. PEMENTASAN LIONG DAN BARONGSAI

 

Tarian ini menyimbolkan keriaan dan dipercaya membawa keberuntungan. Kegaduhannya juga dipercaya mengusir roh-roh jahat. Untunglah sejak zaman reformasi, pementasan ini sudah boleh digelar di muka umum bahkan secara besar-besaran.

 

10. SILATURAHMI MENGUNJUNGI SANAK KELUARGA (PAI NIAN)

 

Pada hari tahun baru sampai 15 hari ke depan anggota keluarga saling silaturahmi. Yang lebih muda mengunjungi yang lebih tua dan memberi ucapan dengan pai-pai (soja). Pantang salaman, ini kata para tetua yang memegang teguh tradisi. Soja yaitu kedau telapak tangan saing ditangkupkan, telapak tangan kiri membungkus yang kanan. Api aturan kiri kanan ini bisa diperdebatkan karena ajaran turun temurun yang diterima berbeda-beda, termasuk juga maknanya.

 

Baca juga “Merah Meriah Pernak-Pernik Imlek

Teks: Mayawati NH, berbagai sumber Foto: Mayawati NH, Istimewa
Comment