Saya memang beruntung punya kesempatan berulang kali datang ke Raja Ampat. Dalam kurun waktu 8,5 tahun, saya sudah 12 kali ke sana, tapi toh tetap saja terkaget-kaget melihat banyaknya perubahan di sana.
TERMINAL BANDARA SORONG YANG BARU
Berawal saat mendarat di Bandara Domine Eduard Osok Sorong. Saya ternganga melihat bandara yang dulu sangat kecil dan yaaa gitu deh itu kini begitu megah. Sudah beberapa tahun terakhir ke Raja Ampat saya memang sudah melihat perkembangan pembangunan terminal bandara yang baru, dan akhirnya awal Desember 2016 ini sudah bisa menikmatinya. Terminal bandara baru ini diresmikan akhir April 2016 lalu. Turun langsung lewat garbarata. Saya ingat dulu awal ke Raja Ampat, Februari 2008, turun dari tangga pesawat kami jalan kaki melintasi runway untuk ke terminal. Kini, toilet di terminalnya pun ada banyak, bersih, dan nyaman. Conveyor belt-nya juga udah nggak segaris lagi. Porter-porternya sudah pakai troli. Metal detector-nya juga sudah standar seperti di bandara pada umumnya...
KALI BIRU SUDAH ADA PEMANDU LOKALNYA
Kali Biru di Teluk Mayalibit yang termasuk obyek baru di Raja Ampat memang belum berubah. Masih sama, nggak ada fasilitas turis apa pun. Tapi kini masyarakat lokal sudah diberdayakan dengan menjadi pemandu. Berkat didampingi pemandu lokal yang menguasai betul daerahnya, kami pun dibolehkan berenang di sungai kecil yang airnya biru jernih dan sangat segar itu. Baca “Yang Masih Perawan di Raja Ampat: Kali Biru”.
DI DESA SERPELE SUDAH ADA TOILET DUDUK
Semua speedboat wisata yang hendak ke Wayag diharuskan mampir dulu untuk melapor dan membayar izin di desa paling ujung barat di Pulau Waigeo yakni Desa Serpele. Kesempatan mampir ini biasanya kami manfaatkan untuk mencari toilet. Maklum, perjalanan dengan speedboat dari Waisai ke sini makan waktu 2-2,5 jam. Dulu sekali toiletnya numpang di rumah warga, berupa toilet jongkok dalam bilik yang sangat sederhana. Tahun lalu sudah ada toilet di dekat dermaga. Tahun ini sudah ada penambahan lagi, dan toiletnya pun toilet duduk. Untuk melapor dan membayar izin pun saya nggak perlu lagi menemui petugas di rumahnya, kini sudah ada meja resminya di dekat dermaga.
ADA MEJA MAKAN DI PANTAI WAYAG
Meja makan di Pantai Wayag
Terakhir saya ke Raja Ampat sebelum yang sekarang ini bulan Januari 2016 belum ada fasilitas apa-apa di Pantai Wayag. Sekarang sudah ada meja makan yang dibuat dari kayu seadanya berikut kursi kayu panjang menghadap pantai. Lumayanlah, jadi bekal piknik makan siang kami bisa diletakkan di meja, lebih mudah untuk mengambilnya, nggak perlu jongkok. Sayang, masih tetap belum ada toilet umum.
Pantai Wayag
SUDAH ADA RETRIBUSI RESMI DI PIAYNEMO
Pos jaga di Piaynemo
Dulu-dulu kalau ke Piaynemo (Fainemo) saya dan rombongan biasa mampir di satu-satunya homestay yang ada di salah satu sudut gugusan kepulauan karst ini. Dan di situlah saya biasa memberikan donasi dan mengisi buku tamu. Sekarang sudah ada pos jaga di dekat “pintu” masuk ke gugusan utama Piaynemo. Ada tertulis di dinding pos, Kapal (maksudnya kapal besar) Rp 500.000, Speedboat Rp 300.000.
KURSI LEYEH-LEYEH DI PULAU ARBOREK
Kegiatan rutin saya dan rombongan kalau mampir ke Pulau Arborek adalah jalan kaki menyusuri pulau sambil mencari anak-anak lokal, berinteraksi bersama mereka, sekalian memberikan bingkisan yang kami bawa. Kalau mau duduk-duduk ya duduk aja ngedeprok di pasir pantai. Kini sudah ada kursi leyeh-leyeh (walaupun nggak sebagus seperti di Bali) di pantai. Lumayan duduk selonjoran di situ sambil menyeruput kelapa muda yang dijual seharga Rp 15.000. Untuk menempati kursi leyeh-leyeh ini sepasang berikut meja kecil Rp 50.000 harus kita keluarkan. Sedangkan kalau mau membuka bekal makanan di meja bundar yang dikelilingi kursi kayu harus membayar Rp 200.000.
ADA PONDOKAN DI PULAU FRIWEN
Januari tahun 2016 ini saya ke Pulau Friwen, pulaunya masih kosong. Sekarang sudah ada pondokan yang lumayan bagus. Bagi teman-teman Muslim yang hendak menjalankan ibadah salat bisa memakai pondokan ini. Tentu ada harga yang harus dibayarkan ke penduduk lokal yang mengelolanya. Seiklasnya saja.
KAPAL EXPRESS BAHARI DAN SIGN I RAJA AMPAT
Saya nggak tahu kapan persisnya sign “I Raja Ampat” ada di Pelabuhan Waisai. Yang saya ingat, saya mulai melihatnya ada waktu ke sana Desember 2015. Sign ini menjadi spot foto wajib terutama buat rombongan yang menggunakan kapal umum untuk datang atau pergi dari Waisai. Soalnya sign itu berada tepat di area kapal Express Bahari bersandar. Sayang, kali ini posisi sandar kapal sudah bergeser lebih ke barat, menjauh dari lokasi sign itu. Jadi harus jalan kaki sedikit kalau mau berfoto di situ. Sayangnya, saat rombongan kami tiba di Pelabuhan Waisai untuk kembali ke Sorong, hujan turun cukup deras. Begitu turun dari mobil yang kebetulan bisa merapat ke sisi kapal, kami langsung meloncat masuk kapal. Jadi rombongan kali ini nggak sempat berfoto di sign itu.
Berminat ke Raja Ampat? Hubungi Mayawati di nomor WhatsApp 0811821006.