Kalau saja Sultan Muhammad II (Mehmet II) dari Kesultanan Ottoman bersumbu pendek dan berpikiran picik, kita anak jaman now pasti nggak bisa menikmati keindahan Hagia Sophia di Istanbul Turki. Ya, demi melihat cantiknya gereja yang juga disebut Aya Sofia ini, sang sultan nggak mau merobohkannya. Dia malah merenovasi dan mengubahnya menjadi masjid. Mosaik-mosaik tentang kehidupan Yesus yang tergambar di dinding nggak dirusak, hanya ditutupi.
Dan hebatnya, demi menghargai sejarah dan kaum Kristiani yang jumlahnya sangat sedikit di Istanbul (dan di Turki secara general), Mustafa Kemal Ataturk, pendiri Republik Turki dan sekaligus presiden pertamanya, mengubah Hagia Sophia dari masjid menjadi museum. Kini para wisatawan dapat melihat mosaik Bunda Maria memangku bayi Yesus bersanding harmonis dengan dua panel kaligrafi besar bertuliskan Nabi Muhammad (di sisi kiri) dan Allah (di sisi kanan) di aula utama Hagia Sophia. Ya, simbol-simbol Kristiani dan Islam bersalaman mesra di bangunan monumental yang kini menjadi salah satu destinasi favorit wisatawan mancanegara. Sejak 2011 rata-rata Hagia Sophia dikunjungi oleh 3 juta lebih bahkan 4 juta orang per tahunnya.
Mosaik Bunda Maria dan Yesus berdampingan dengan kaligrafi Nabi Muhammad dan Allah
SEJARAH PANJANG HAGIA SOPHIA
Hagia Sophia adalah perwakilan sempurna dari sisa kejayaan dua kekaisaran akbar berlatar budaya dan agama yang berbeda yang pernah memerintah Istanbul, yakni Kekaisaran Bizantium atau disebut juga Romawi Timur (Kristen Ortodoks) dan Kesultanan Utsmaniyah populer disebut Ottoman (Islam). Nama Istanbul sebelumnya adalah Konstantinopel, dan sebelumnya lagi Bizantium.
Cikal bakal bangunan ini didirikan pada masa Kaisar Konstantius II, tepatnya tahun 360, di atas bekas kuil pagan. Atapnya saat itu masih kayu dan gereja ini diberi nama Megale Ekklesia (Big Church). Tahun 405 gereja ini dipugar besar-besaran atas perintah Kaisar Theodosius II karena setahun sebelumnya terbakar. Karenanya gereja ini disebut Gereja Theodosius.
Kemudian tahun 532 gereja ini dibangun ulang atas perintah Kaisar Justinianus I, dan selesai 5 tahun kemudian. Yang merancang adalah Isidorus dan Anthemius, dengan arsitektur mengikuti model Romawi Klasik yang melengkung-lengkung. Mereka berdua bukan arsitek lho, tapi master ilmu mekanik, fisika dan matematika.
Jadi bangunan yang kita lihat sekarang adalah gereja yang ketiga yang dibangun di masa Kaisar Justinianus I. Memang nggak ada yang bisa memastikan apakah bangunan asli yang dari tahun 360 tetap dipertahankan atau sudah berbeda sama sekali. Tapi yang jelas bangunan ini tetap mengandung unsur arsitektur standar zaman Bizantium dengan sebuah atrium, narthex (jalan tertutup antara ruang masuk utama dan bagian tengah), dan basilica dengan galeri-galerinya. Beberapa blok marmer sisa dari gereja kedua diletakkan di halaman bangunan.
Sisa blok marmer di halaman
Di bawah pendudukan Kekaisaran Latin antara 1204 dan 1261, gereja ini sempat menjadi katedral Katolik Roma. Tapi tahun 1261 Kekaisaran Bizantium merebut Kota Konstantinopel lagi.
Tanggal 29 Mei 1453 Sultan Mehmet II (Muhammad al-Fatih) dari Ottoman merebut Konstantinopel (ibu kota Kekaisaran Romawi Timur). Saat Sultan Mehmet II melihat ada orang mulai merusak Hagia Sophia dan berteriak itu tempat kaum kafir, sang sultan yang melihat keindahan Hagia Sophia langsung memerintahkan untuk menghentikan pengrusakan. Dan beliau pun menjadikanya masjid. Ia membangun pilar-pilar di dalamnya yang digantungi panel-panel kayu bundar yang menuliskan nama Allah SWT, Nabi Muhammad SAW, penerus Nabi dan cucu-cucunya dalam kaligrafi yang indah. Juga ditambahkan minaret, mihrab, dll sesuai fungsinya yang baru sebagai masjid. Salat Jumat pertama di sini dilakukan pada tanggal 1 Juni 1453.
Begitulah ceritanya... Sultan Mehmet yang bijaksana menyelamatkan Hagia Sophia dari pengrusakan. Gaya arsitektur Hagia Sophia kemudian banyak menginspirasi pembangunan masjid di Istanbul, salah satunya Blue Mosque, yang terletak berseberangan dengan Hagia Sophia.
Tapi sejarah panjang Hagia Sophia tak berhenti hanya sampai di situ. Karena Kesultanan Ottoman kalah pada Perang Dunia I yang membuat Turki tunduk pada Sekutu, kelompok nasionalis Turki mulai bergerak. Singkat kisah, pada 1 November 1922 Kesultanan Ottoman dibubarkan dan 29 Oktober 1923 berdirilah Republik Turki. Mustafa Kemal Pasha diberi gelar Ataturk dan diangkat sebagai presiden. Kebijakannya sekuler, Turki bukan lagi negara agama. Oleh karenanya tahun 1934 Hagia Sophia pun diubahnya menjadi museum hingga kini, setelah sekitar 900 tahun menjadi gereja dan 500 tahun menjadi masjid. Salah satu hal besar yang dilakukannya yaitu membuka kembali mosaik-mosaik yang ditutup. Hagia Sophia Museum secara resmi dibuka tanggal 1 Februari 1935.
BERKALI-KALI RUSAK, HANCUR DAN DIPERBAIKI
Hagia Sophia mengalami kerusakan beberapa kali karena gempa. Tahun 553, 557, 558. Yang terakhir sampai membuat kubah utama ambruk dan merusak altar. Keponakan Isidorus yang diperintahkan bertugas membangun kembali kubah. Dia meninggikan kubah sebanyak 6,25 m, dan bertahan hingga hari ini. Tinggi kubah menjadi 55,6 m.
Pernah kebakaran juga tahun 859, gempa lagi tahun 869, tahun 989, tahun 1344. Tahun 1346 beberapa bagian bangunan ambruk karena gempa. Diperbaiki dan baru selesai tahun 1354.
Perbaikan juga terus dilakukan berkali-kali hingga sekarang. Jadi kalau datang dan melihat banyak perbaikan mohon maklum. Restorasi pertama tahun 1847. Pilar-pilar dan kubah diperkuat, chandelier tua diganti dengan medalion baru, dan ada banyak panel-panel bundar digantung di atas pilar yang bertuliskan kaligrafi. Kubah juga sempat direnovasi lagi antara tahun 1997-2002. Tahun 2012 semua renovasi baru rampung, termasuk merestorasi mosaik dan fersco yang dulu ditutup. Tapi masih terdapat beberapa noda di dinding atau atap yang disebabkan kelembapan Istanbul dan belum semua mosaik rampung direstorasi.
Hingga kini masih terus ada perbaikan
MENGAGUMI TIAP SUDUT
Hagia Sophia terletak di kawasan wisata di Istanbul yaitu Sultanahmet, kota tua dan juga bagian Istanbul yang berada di Eropa. Lokasinya dekat dengan 3 objek wisata populer lainnya di Istanbul yaitu Topkapi Palace, Blue Mosque dan Basilica Cistern.
Begitu masuk ke dalam aula utamanya, kita akan dibuat takjub dengan pilar-pilar besar, pintu-pintu, dinding marmer dan segala ornamen di langit-langitnya, juga mosaik dan fresco di dinding dan langit-langit. Ada rasa haru menggedor saat melihat peninggalan Kristen dan Islam bersatu dalam keindahan dan kedigdayaan arsitektur.
Hagia Sophia atau “Shrine of the Holy of God” berbentuk persegipanjang, berukuran 100 X 69,5 m. Untuk ke lantai atas tidak ada akses berupa anak tangga, melainkan berupa ramp, yaitu lorong yang berupa jalur landai yang merupakan ciri khas gereja dalam tradisi Konstantinopolitan.
Ramp untuk naik ke lantai dua
Salah satu yang membuat Hagia Sophia menonjol dari segi bentuk adalah kubah raksasanya. Diameternya 31,24 m dan tingginya 55,6 m. Tapi karena perbaikan berkali-kali diameternya menjadi 30,86 m. Merupakan kubah terbesar di Turki, dan nomor dua di dunia setelah kubah di Pantheon Roma, Italia.
Kubah raksasa
Salah satu mosaik penting yang jadi favorit pengunjung adalah yang terletak di lantai dua, di galeri selatan, berangka tahun 1261. Mosaik yang rusak dan sedang dalam tahap restorasi ini cukup besar, 6 X 4 m. Mosaik Deisis ini menggambarkan Bunda Maria dan Santo Yohanes sedang memohon pada Yesus. Merupakan sebuah karya seni yang dianggap sebagai pionir seni Bizantium di zaman Reinassance.
Mosaik Deisis
Hagia Sophia merupakan masterpiece pertama dari arsitektur Bizantium. Dan juga merupakan katedral terbesar selama hampir 1.000 tahun hingga selesai dibangunnya Seville Cathedral di Spanyol tahun 1506. Hagia Sophia juga memiliki kaligrafi unik yang tidak ada di masjid mana pun di dunia. Apalagi panel kayu bundar tempat kaligrafi ditulis itu adalah yang terbesar untuk kategori kaligrafi. Itulah semua alasan yang membuatnya ditetapkan sebagai Situs Warisan Dunia UNESCO tahun 1985.
Hagia Sophia, dengan latar belakang sejarahnya yang amat kaya dan tentu karena arsitekturnya luar biasa indah telah menjadi bangunan paling menonjol dan fenomenal tak hanya di Turki tapi juga di dunia.
Info turis:
- Di semua tempat boleh mengambil video dan foto (tapi tidak boleh pakai flash).
- Cara ke sana: Naik metro atau trem. Turun di stasiun trem terdekat, Sultanahmet Station. Keluar dari stasiun tinggal jalan kaki.
- Jam buka:
15 April-30 Oktober: pkl 09.00-19.00 (last entry pkl.18.00
30 Oktober-15 April: pkl.09.00-17.00 (last entry pkl.16.00
Tutup: setiap Senin dan hari pertama Ramadan; saat Idul Adha setengah hari.
- Tiket masuk: TL 40 (+/-Rp 160.000)
Baca juga "Panduan Cerdas Eksplor Turki"
I save and use u pict
2019-07-30