Nusa Dua Bali terkenal dengan pantai “elit” yang dikelilingi hotel-hotel dan restoran-bar-kafe mahal. Banyak hotel mahal mendominasi pantai-pantai pasir putih cantiknya. Saya pribadi sebenarnya lebih suka Pantai Kuta yang lebih ramai dan banyak tersedia hotel serta tempat makan murah. Tetapi sebagai kaum penebeng suami meeting, saya hanya bisa pasrah saat diajak ikut suami meeting di Kawasan ITDC (Indonesia Tourism Development Corporation) Nusa Dua.
Setelah satu hari berdiam diri menikmati fasilitas di salah satu hotel cantik di Kawasan ITDC Nusa Dua, saya melihat banyak turis asing mengendarai sepeda di tepi pantai. Esoknya saya pun bertanya kepada petugas hotel di manakah saya bisa menyewa sepeda untuk berkeliling. Ternyata banyak hotel di Nusa Dua yang memberikan fasilitas penyewaan sepeda buat para tamunya. Di hotel tempat saya menginap, sewa sepeda harganya Rp53.000 per jam. Petugas hotel yang ramah malah menyarankan saya menyewa motor saja di luar hotel yang lebih murah dan tidak perlu capek mengayuh. Menurutnya, dulu sebelum pandemi memang banyak penyewaan sepeda yang jauh lebih murah dari hotel, tetapi sekarang sudah tutup semua. Duh sayang ya… Jadi supaya lemak-lemak akibat makan makanan hotel yang lezat itu hilang, saya bulatkan tekad untuk menyewa sepeda saja daripada menyewa motor. So.. ini rute saya….
1. PULAU NUSA DHARMA
Ini tempat pertama yang saya kunjungi karena letaknya tidak jauh dari hotel. Pulau kecil ini terhubung jalan setapak dengan Pulau Bali. Konon pulau yang tidak berpenghuni ini merupakan cikal-bakal nama Nusa Dua.
Jalan setapak menuju Pulau Nusa Dharma
Kita bebas memasuki pulau ini dan berkeliling dengan sepeda. Terdapat Pura Nusa Dharma yang didirikan oleh Babah Ketut Jaya (Tan Sie Yong) pada 10 Juni 1948. Pulau Nusa Dharma dikelilingi karang cantik yang sering diterpa ombak. Saat saya datang ombak memang tidak terlalu besar tetapi karena tempatnya sangat curam, debur ombak terasa kencang. Memasuki pulau ini tidak dikenakan biaya. Kita bisa juga foto-foto cantik di tepi jalan menuju pulau atau di sekeliling pulau.
Pura Nusa Dharma yang adem dan tenang
Ombak besar kadang bergemuruh saat pecah di tepi karang Pulau Nusa Dharma
Hati-hati ya kalau mau selfie dengan ombak di sini
2. PULAU NUSA GEDE (PENINSULA)
Pulau Peninsula terletak di sebelah Pulau Nusa Dharma. Dengan sepeda kurang lebih dapat dicapai 10 menit. Pulau ini sedikit lebih besar dari Pulau Nusa Dharma. Sayangnya terdapat sedikit jalan yang putus dan sedang direnovasi jika kita bersepeda dari arah Pulau Nusa Dharma, jadi kita harus menuntun sepeda melewati pasir putih. Di tengah pulau seluas 7,4 hektar ini terdapat patung besar Arjuna dan Kresna.
Gerbang masuk Pulau Nusa Gede atau lebih dikenal dengan nama Peninsula. Di tengah pulau ada Patung Kresna dan Arjuna
Patung Kresna dan Arjuna yang menjulang tinggi di tengah pulau
Di pulau ini juga terdapat Pura Dalem Bias Tugel dan area untuk sendratari (tari kecak biasa ditampilkan di sini). Atraksi wisata menarik lainnya yaitu Waterblow yang terletak di ujung pulau. Di Waterblow kita dapat melihat ombak yang bisa muncrat sangat tinggi saat memecah karang. Sayang saat saya datang, petugas memberitahukan bahwa saat ini ombaknya kurang besar jadi kurang menarik. Tarif masuk Waterblow untuk wisatawan asing sebesar Rp50.000 sedangkan untuk wisatawan lokal Rp15.000.
Waterblow. Kita dapat menyaksikan deburan ombak tinggi saat memecah karang di sini
3. MUSEUM PASIFIKA
Setelah puas berkeliling Pulau Peninsula, saya kembali mengayuh sepeda menuju Museum Pasifika di Kompleks BDTC (Bali Tourism Development Corporation). Museum Pasifika merupakan museum dengan koleksi terbanyak karya seni rupa dan patung seniman Asia Pasifik di Indonesia. Karya yang dipamerkan dibagi dalam 11 ruangan berdasarkan negara asal sang seniman. Terdapat audio guide yang dapat dipindai secara gratis mulai dari ruangan 2 (Italian Room).
Banyak nama seniman top dunia yang karya terkenalnya dipajang di sini. Saat saya datang, sedang ada pameran 20 karya seniman negara peserta G20. Karya-karya artis kelas dunia seperti Henri Mattise dan Auguste Rodin juga dipamerkan. Favorit saya adalah series lukisan karya Raden Saleh. Sungguh tidak menyangka menemukan beberapa lukisan asli Raden Saleh di sini.
Series lukisan karya Raden Saleh di Ruangan Indonesia
Pameran Temporary 20 Seniman dari 20 Negara Peserta G20
Selain lukisan terdapat pula karya patung baik dari logam, batu atau kayu dari pematung kelas dunia. Betah sekali berlama-lama melihat karya-karya seni di Museum Pasifika yang adem ini.
Koleksi patung kayu di Ruangan Oceania And Pasific
4. PENANGKARAN PENYU DI TANJUNG BENOA
Berhubung sudah terlanjur menyewa sepeda, dan kulit juga sudah terlanjur terbakar panasnya matahari Bali, saya memutuskan untuk lanjut ke Penangkaran Penyu di Tanjung Benoa. Lumayan jauh juga ternyata. Selama kurang lebih 50 menit saya balik arah kembali menyusuri pantai dan melewati jalan raya menuju tempat Penangkaran Penyu di Tanjung Benoa. Dengan berbekal G Maps (walking) akhirnya saya berhasil juga sampai ke sana.
Akhirnya sampai juga ke Penangkaran Penyu Tanjung Benoa
Uniknya, karena menggunakan G Maps, saya dibawa ke pelosok-pelosok permukiman, tepi laut, bahkan sampai melewati tepi hutan. Pemandu di Penangkaran Penyu sampai bingung saat saya bercerita kalau saya menggunakan sepeda untuk sampai ke situ. Biasanya wisatawan datang lewat laut dengan kapal sewaan.
Jalan sepi menuju penangkaran penyu
Melewati tepi laut
Di Penangkaran Penyu ini kita dapat melihat beragam penyu dan bisa memberi makan penyu-penyu lucu dengan rumput laut. Sekarang saya jadi paham mengapa penggunaan plastik sedotan harus dilarang, karena itu mirip rumput laut di mata penyu.
Penyunya cute yaaaa…
Di sini juga ada mini zoo yang isinya burung, ular, kelelawar, merak dan iguana. Kita bisa berfoto dengan mereka.
Kita bisa foto bareng juga dengan berbagai binatang di mini zoo
Karena jalan pulang melewati tepi hutan dan tepi laut, pemandu memperingatkan saya akan anjing-anjing berkeliaran di sepanjang jalan setapak yang akan saya lewati. Dia menyarankan saya untuk tidak takut atau panik saat digonggong dan dikejar anjing-anjing itu. Wah, ternyata benar… di perjalanan pulang mendadak muncul anjing-anjing yang menggonggong dan berlari mengejar sepeda saya. Saya pun berusaha tenang dan terus mengayuh sepeda --walaupun hati kebat-kebit rasanya. Tak lama anjing-anjing itu pun diam.
Melewati tepi hutan, hati-hati banyak anjing berkeliaran di sini
Dan… tanpa terasa sudah 4 jam lebih saya berkelana dengan sepeda. Walaupun lelah, tetapi rasanya puas sekali berhasil mengelilingi sedikit Nusa Dua. Memang dari segi biaya, jauh lebih murah menyewa motor, tetapi kepuasan berolah raga sambil berkeliling membuat saya ingin mengulangi lagi menyusuri Bali dengan sepeda di lain waktu. Hmm.. Jadi kapan ya suami meeting lagi di Bali? Saya mau numpang healing sambil keliling lagi nih.. Tapi lain kali bawa sepeda sendiri aja kali yaaaa… Biar lebih irit… Hahaha…
Baca juga: "Bvlgari Resort Bali: Jadi Svltan dalam Dua Jam"