Batunya berwarna oranye, bagus buat latar foto
Awalnya begitu tiba di Tanjung Datuk setelah berkendara selama 1 jam dari Kota Ranai di Natuna, rombongan MyTrip yang terdiri dari 20 orang excited dalam skala normal. Melihat laut biru dan dua pulau kecil di kejauhan, serta kondisi yang sepi tanpa pengunjung lain satu pun, pastinya kami gembira. Dan kegembiraan itu berlanjut menjadi sedikit kehebohan begitu kami sadar, hamparan bebatuan yang kami injak di atas tebing laut itu berlapis-lapis dan berwarna oranye kecoklatan. Waaah... cakep banget buat latar foto! Jadilah kami sibuk berpose ala model satu-satu, berpasangan, atau beramai-ramai.
NATUNA, DI MANA?
Walaupun baru beberapa hari lalu ramai diberitakan masuknya kapal China ke perairan Natuna, tapi mungkin masih ada yang nggak tahu, Natuna di mana? Natuna yang merupakan sebuah kabupaten kepulauan ini berada agak menjorok ke utara di Laut China Selatan (dan kita menyebutnya Laut Natuna Utara), diapit Semenanjung Malaya di sebelah barat dan Sarawak di timur. Dan di seberang utara ada Vietnam. Jadi Natuna adalah salah satu pulau terluar Indonesia, yang termasuk Provinsi Kepulauan Riau.
Walaupun jauh letaknya, tapi nggak susah mencapai Natuna karena sudah ada rute pesawat. Dari Jakarta terbang dulu ke Batam selama 1 jam 45 menit, lalu sambung naik pesawat lagi ke Ranai di Natuna selama 1 jam 25 menit. Jadi nggak perlu susah-susah naik kapal, tapi pilihan naik kapal juga ada sih.
Tanjung Datuk
Tanjung Datuk sendiri berada di ujung timur laut Pulau Natuna, tepatnya di Desa Pengadah Kecamatan Bunguran Timur Laut Kabupaten Natuna.
Baca juga: "Menakjubkan Memang Sunset dan Sunrise di Alif Stone Park Natuna"
YANG MENARIK DI TANJUNG DATUK, APA SAJA?
Seperti telah disinggung di atas, hamparan bebatuan di atas tebingnya adalah batu kapur yang dominan berwarna oranye kecoklatan, dan konturnya berlapis-lapis. Cakep! Itulah kenapa kami betah sekali berlama-lama di bagian ini untuk bergantian berfoto.
Padahal kalau mau terus turun ke bawah ke pantainya atau ke ujung tebingnya, walaupun agak curam, pemandangan cantik lainnya menanti. Bisa dilihat dari foto-foto berikut.
Sayang waktu yang sempit membuat kami nggak sempat turun. Kami malah menghabiskan banyak waktu lagi di dekat parkiran mobil, dekat mushola. Kami ‘kan mampir dulu melihat situs Batu Meja dan mendengar penjelasan pemandu lokal tentang legenda batu itu (yang merupakan tempat perundingan rencana pernikahan putri Tanjung Datuk dengan putra Tanjung Senubing yang akhirnya gagal).
Batu Meja
Eh ternyata di bagian luar pagar Batu Meja kontur batunya lebih cakep lagi, warnanya lebih solid oranye kemerahan, dan luas pula. Udah deh akhirnya kami foto-foto lagi di situ. Berikut sebagian hasil foto-foto ala modelnya.
ASAL MULA NAMA TANJUNG DATUK
Dinamai Tanjung Datuk karena di bawah sekali, di bagian pantainya ada batu yang menyerupai seorang laki-laki yang memakai tanjak (topi khas Melayu). Batu ini nggak terlihat kalau kita hanya berdiri di atas tebing paling ujung sekalipun. Harus turun ke pantai saat air laut surut. Kalau air laut pasang nggak ada akses untuk mendekatinya.
Lain kali ke sini lagi, selain berfoto-foto di batu lapis berwarna oranye, saya harus juga ke ujung tebing deh, syukur-syukur air surut, bisa melihat batu yang mirip datuk memakai tanjak.
Yuk, siapa mau ikut Just Pack & Go To Natuna tanggal 8-11 April 2020. Hubungi Maya di WhatsApp 0811821006.