KENAPA SARANGKOT NEPAL FAVORIT UNTUK TANDEM PARAGLIDING? 2020-01-06 13:35

 

Nepal dikenal sebagai surganya wisata petualangan. Ada trekking, rafting, mountain biking, downhill, rock climbing, ultralight, canyoning, paragliding, dsb. Buat yang nggak terlalu suka petualangan tapi ingin coba yang tetap fun, jangan khawatir, banyak pilihannya. Salah satunya paragling, melakukannya dengan tandem tentunya. Meskipun banyak tempat di Nepal untuk tandem paragliding, tapi yang favorit adalah Sarangkot.

 

KENAPA SARANGKOT FAVORIT?

Terbang dengan parasut di Sarangkot, pemandangan yang bisa dilihat sangat memikat. Di satu sisi terdapat deretan pegunungan salju antara lain Dhaulagiri, Annapurna, Machhapuchhre, Manaslu; di sisi lainnya terhampar Phewa Lake yang merupakan wisata andalan Pokhara.

 

 

Selain itu, untuk menuju take off point yakni di Sarangkot Hill dengan ketinggian 1.600 mdpl, cukup ditempuh berkendara tak lebih 30 menit dari Pokhara. Sedangkan landing point-nya di salah satu tepi Phewa Lake, juga nggak jauh. Pokhara sendiri mudah dicapai dari ibu kota Nepal, Kathmandu, dengan pesawat 25-30 menit dan banyak pilihan jadwalnya; dengan naik mobil sekitar 6 jam.

 

Kondisi cuaca di Sarangkot juga termasuk bagus sepanjang tahun. Jadi di bulan apa pun bisa terbang, kecuali saat turun hujan. Saat cuaca dan angin bagus, parasut bisa diterbangkan sampai ketinggian 2.000 m, bahkan lebih.

 

 

Untuk memperbesar kemungkinan mendapatkan semua pemandangan tak terhalang awan, direkomendasikan untuk terbang pagi, sekitar jam 9 minta dijemput di hotel. Tapi terbang sore juga bisa sih. Rata-rata pilot tandem paragliding dari operator mana pun kalau sedang rame, terbang 2 kali sehari, pagi dan sore. Itu batas maksimal yang dibolehkan oleh regulasi.

 

APAKAH SEMUA ORANG BISA?

Siapa saja termasuk para pemula yang belum pernah tandem paragliding bisa ikutan, asal berbadan sehat dan bugar. Begitu tiba di tempat take off yang berupa lapangan rumput di atas bukit di bibir tebing, pilot tandeman kita akan memberikan pengarahan tentang apa yang harus kita lakukan. Bahkan ada pilot yang bersedia memberikan simulasi berulang-ulang sebelum terbang apabila dirasa tamunya masih kurang mengerti.

 

Baca juga: "Australian Camp Nepal: Hiking Tipis-Tipis Tapi Bisa Lihat Gunung Salju Dari Dekat!"

 

Intinya, kita yang posisinya di depan pilot harus lari sekuat tenaga saat take off sampai kaki kita sudah nggak menginjak tanah dan kita berdua pilot pun melayang dengan perasut mengembang. Memang akan terasa berat waktu lari itu karena angin bertiup dari arah depan kita dan parasut sedang ditarik untuk mengembang.

 

Sedangkan untuk landing ikuti saja instruksi pilot, apakah kita harus lari sampai diperintahkan berhenti, atau cukup menjejakkan kaki ke tanah saja. Semua ini tergantung kondisi angin.

 

NGAPAIN SAJA DI ATAS?

Begitu sudah melayang, wah enak banget rasanya terbang bagai burung. Pilot biasanya akan mengajak kita ngobrol, sekalian ngasih tahu apa saja pemandangan yang terlihat di depan, atas, bawah, kiri, kanan. Kita tinggal duduk manis, enjoy the view.

 

Berpose di atas Phewa Lake

 

O ya, jangan berpikir posisi kita di atas itu berdiri menggantung di udara ya. Nggak kok, ada tempat duduknya yang sekilas tampak seperti ransel besar dipakaikan di badan kita. Jadi kita bisa santai.

 

Baca juga: "Nepal Trekking, Frequently Asked Questions yang Wajib Anda Tahu"

 

Semua pilot tandem pasti membawa kamera GoPro dengan tongsisnya, dan dia akan memotret kita dari beragam angle, dengan latar gunung salju atau danau. Jangan lupa ikuti arahan pilot ke mana harus menghadap dan kapan harus senyum supaya hasil fotonya bagus. Penting ‘kan buat diunggah di akun sosmed kita, hehe.

 

Tinggal duduk manis dan enjoy the view, juga pose-pose

 

O ya, kalau Trippers merasa nyaman selama mengudara, nggak merasa pusing maupun mual, boleh deh minta pilot melakukan manuver. Manuvernya masih dalam taraf aman, tali kendali parasutnya cuma ditarik-tarik maksimal ke kiri atau kanan, membuat kita serasa berputar terguling-guling di udara. Seru tauu...

 

Harga: USD 70-90 (terbang 30 menit; termasuk softcopy foto, antar jemput dari dan ke hotel di Pokhara, dan asuransi).

 

TIPS:

- Bagi yang berkacamata, nggak perlu dipakaikan tali pengaman. Cukup pastikan kacamatanya bertengger kencang. Tapi kalau bawa tali pengaman ya boleh dipakaikan.

- Jangan bawa tas karena di lokasi take off nggak ada tempat penitipan, lagipula setelah mendarat kita nggak balik lagi ke tempat take off. Cukup bawa HP dan uang untuk tip kepada pilotnya, simpan di saku celana atau saku jaket yang berisleting.

- Kalau yang mau motret sendiri boleh bawa kamera poket yang ada talinya. Kalungkan tali dan kencangkan di pergelangan tangan. Pilot akan memberi kita kesempatan memotret di awal-awal penerbangan, tapi setelah dia mengeluarkan GoPronya, kita diminta mematikan atau mengantungi kamera kita. Hati-hati karena risiko kamera jatuh ditanggung sendiri.

- Tidak disarankan mengeluarkan HP dari saku untuk memotret ya karena rawan sekali jatuh.

- Pakai celana panjang atau celana pendek, jangan pakai rok pastinya, hehe.

- Pakai sepatu olah raga, sandal is a big no no karena kita harus berlari saat take off.

- Sebaiknya pakai jaket, minimal jaket tipis terutama kalau terbang di musim semi, gugur, apalagi musim dingin. Udara dingin di atas yang menggempur badan cenderung membuat kita mual atau masuk angin.

- Untuk yang clean-freak, pakai kupluk atau buff untuk penutup kepala sebelum memakai helm. Maklum, helmnya ‘kan bekas dipakai banyak orang.

- Pastikan memory HP kita masih cukup untuk menampung softcopy foto-foto dari kamera pilotnya. Foto akan dikopikan ke HP kita begitu sudah kembali ke kantor operator paraglidingnya. Pastikan video dan foto terkopi dengan sempurna dan lengkap karena selang seminggu, foto-foto kita akan dihapus dari komputer kantor operator.

 

 

WARNING:

- Berdasarkan pengalaman MyTrip beberapa kali tandem paragliding, ada beberapa orang yang mudah merasa mual atau pusing begitu melayang-layang di udara. Tapi jangan menyurutkan langkah untuk mencoba. Begitu merasa pusing tak tertahankan, minta saja pilot segera mendarat, tak harus menunggu 15 atau apalagi 30 menit.

- Kemungkinan celaka atau cedera pasti ada. Namanya juga kegiatan luar ruang. Makanya sebelum menuju tempat take off, semua peserta diminta menandatangi release form, bahwa peserta paham ada risiko dan tidak akan menuntut operator jika terjadi hal yang tak diinginkan. Apa saja kemungkinannya? Dari yang paling ringan, cedera kaki karena hard landing, bisa juga gagal terbang, atau jatuh karena perubahan angin mendadak. Tapi sepengetahuan MyTrip, operator-operator paragliding di Sarangkot menetapkan standar keselamatan yang baik, dan ada asosiasi yang menaunginya, yang membuat regulasi dan mengawasi. Di Sarangkot juga tidak diperbolehkan terbang solo. Yang terbang solo dialihkan ke Mandre Danda, supaya di Sarangkot tidak terlalu padat. Dan sejak regulasi ini ditetapkan, hampir tidak ada lagi kecelakaan paragliding di Sarangkot.

 

Ingin ikut trip ke Nepal dan sekaligus tandem paragliding di Sarangkot? Hubungi WhatsApp 0811821006.

Teks: Mayawati NH Foto: Mayawati NH, Harish Shrestha, Dok. Yanny Sugiri
Comment