ADA PASAR MALAM, GUA, PANTAI, HUTAN TROPIS, MUSEUM MINYAK. ITULAH MIRI DI SARAWAK 2019-06-07 00:00

Pantai Coco Cabana

 

Miri, kota kecil di bagian utara Sarawak Malaysia ini mungkin masih terdengar asing di telinga kita. Bandarraya Miri terletak di pesisir utara Borneo dan berbatasan dengan Brunei Darussalam. Meski kecil dan berpenduduk hanya sekitar 400.000 jiwa, Miri punya wilayah yang luas dan didominasi bentang alam yang masih alami. Dan siapa sangka, Miri merupakan tempat perusahaan minyak Petronas bermula. 

 

SUASANA KOTA & CARA MENGEKSPLORNYA

Berkeliling kota cukup dengan berjalan kaki, apalagi jalur pedestriannya cukup lebar dengan banyak pohon. Jarak antarhotel berbintang juga dekat-dekat dan mencari tempat makan juga mudah.

 

Suasana Kota Miri

 

Di setiap sudut kota mudah dijumpai patung atau ornamen berbentuk kuda laut yang merupakan ikon kota. Bagi masyarakat Miri, kuda laut merupakan simbol keharmonisan, kerukunan antarsuku dan agama.

 

Simbol kuda laut

 

Miri sendiri berasal dari kata Miriek yang merupakan salah satu nama sungai besar. Sedangkan nama Sungai Miriek sendiri berasal dari nama Jati Miriek, yang merupakan suku asli yang mula-mula bermukim di sepanjang aliran Sungai Miriek. Namun, karena lidah orang bule sulit menyebut Miriek, sehingga terdengar lafal Miri yang digunakan hingga saat ini.

 

Miri merupakan salah satu tujuan favorit warga Brunei Darussalam untuk berakhir pekan, karena jarak dari Miri ke Bandar Seri Begawan hanya 1,5-2 jam saja berkendara.

 

Baca juga: "Temajuk, Destinasi Wisata Baru di Ekor Kalimantan Barat"

 

PASAR MALAM DAN PASAR AKHIR PEKAN

Pemburu jajanan tradisional tak boleh melewatkan Seberkas Night Market yang hanya buka pada hari Kamis, Jumat dan Sabtu pukul 18.00-22.00.  

 

Seberkas Night Market

 

Cobalah juga untuk mendatangi pasar tradisional Sunday Market. Sesuai namanya, pasar ini hanya beraktivitas setiap hari Minggu. Para pedagang menggelar dagangan di lapak-lapak nonpermanen di ruas jalan di antara pertokoan. Para pedagang ini berasal dari daerah perkampungan sekitar.

 

Sunday Market

 

Di pasar ini kita akan menemukan aneka jenis sayuran dan buah lokal yang benar-benar berasal dari hasil alam dan hutan di Sarawak: jamur, pakis, umbut, terong, dan tumbuhan khas hutan Kalimantan.  

 

CANADA HILL

Sejarah Sarawak mencatat, tahun 1910 ekplorasi minyak bumi pertama kali dilakukan di tempat yang dikenal dengan Canada Hill yang berada di perbukitan tak jauh dari pusat kota. Tempat ini adalah sumur minyak bumi pertama yang digali menggunakan kabel dan menara yang terbuat dari kayu, yang kemudian dijuluki “The Grand Old Lady”.

 

Saat ini lokasi Canada Hill dijadikan sebagai Petroleum Museum yang terbuka untuk umum. Di dalam museum kita bisa melihat rangkaian proses pengeboran minyak bumi dan gas.

 

Petroleum Museum

 

Canada Hill merupakan salah satu tempat favorit untuk menikmati suasana malam Kota Miri, lengkap dengan view pengeboran lepas pantai yang terlihat di kejauhan memancarkan cahaya api berwarna kemerahan. Di sini juga terdapat sebuah kafe yang menyajikan aneka makanan dan minuman.

 

KAWASAN PANTAI

Beberapa kawasan pantai di Kota Miri yang wajib didatangi di antaranya pantai yang dikelola Piasau Boat Club dan Coco Cabana. Asal jangan datang di bulan Desember kalau mau main di pantai karena ombak sedang bergejolak. 

 

Piasau Boat Club berada di Pantai Lutong. Selain menawarkan pemandangan pantai, juga menjadi tempat berkumpulnya para penggemar yacht.

 

Lutong Beach Piasau

 

Sedangkan Coco Cabana terletak di kawasan pantai yang direklamasi dengan balok beton sebagai penahan abrasi. Di sini terdapat mercusuar yang berusia puluhan tahun berbentuk kuda laut. Juga terdapat bangunan bergaya Jawa. Konon dibangun oleh tukang yang memang sengaja didatangkan dari Jawa.

 

MIRI CROCODILE FARM

 

Penangkaran buaya ini berada di Kuala Baram. Ratusan buaya beragam ukuran ada di sini. Selain itu juga terdapat beraneka jenis satwa lainnya seperti burung, kijang, kuda dan beraneka jenis ular.

 

NIAH CAVE NATIONAL PARK

Ke arah selatan Miri, sekitar 1,5 jam berkendara, terdapat Niah Cave National Park, sebuah taman nasional yang andalannya adalah gua yang terbentuk secara alami dari bebatuan kapur (karst). Merupakan salah satu situs sejarah peradaban di kawasan Asia Tenggara, yang ditandai dengan penemuan benda-benda arkeologi hasil penggalian ekskavasi yang dilakukan sejumlah arkeolog pada tahun 1950-an.

 

Kawasan Batu Niah memiliki tiga mulut gua raksasa. Untuk mencapainya dari tempat registrasi, harus jalan kaki 45 menit hingga 1 jam menyusuri jalan dan jembatan kayu di dalam kawasan hutan. Gua pertama yang kita temui adalah Gua Dagang (Trade Caves). Gua ini dulunya tempat yang digunakan masyarakat setempat untuk berdagang, terutama pada saat musim panen sarang burung.   Aktivitas tersebut berlangsung hingga tahun 1970-an ketika kawasan tersebut mulai dijadikan taman nasional.

 

Trade Caves

 

Sekitar 10 menit berjalan dari Gua Dagang kita akan menjumpai gua yang mulutnya lebih besar, Great Caves. Mulut gua ini memiliki ketinggian 60-70 m. Di gua ini terdapat situs arkeologi yang dikelilingi pagar kawat. Gua ini merupakan pusat bagi masyarakat setempat untuk melakukan aktivitas panen sarang burung, yang ditandai adanya beberapa tiang kayu.

 

Niah Great Caves

 

Gua lainnya adalah Painted Caves atau gua lukisan. Sesuai namanya, di gua ini terdapat situs sejarah berupa lukisan yang berusia ratusan tahun. Namun agak sulit mengunjungi gua ini karena perizinan yang cukup ribet yang memang dimaksudkan untuk melindungi situs sejarah. Tapi jangan kecewa, kita masih bisa melihat replika lukisan yang dibuat persis aslinya di museum yang ada di kawasan kantor registrasi.

 

BORNEO RAINFOREST TROPICAL RESORT

Adalah wisata alam hutan hujan khas Kalimantan. Di tempat ini terdapat resor yang disewakan kepada pengunjung dengan tarif bervariasi. Kawasan yang dikelola swasta ini memiliki luas hampir 700 hektar dan berbatasan langsung dengan kawasan Taman Nasional Bukit Lambir. 

 

Kamar di resor

 

Di sini terdapat beberapa jalur trekking yang disesuaikan dengan minat dan kondisi fisik. Selain itu ada paket tur keliling kawasan yang dimulai dari trekking meniti jembatan kayu di tengah hutan, kemudian dilanjutkan dengan menaiki kapal di danau buatan, hingga melihat langsung peternakan unggas. Untuk berkeliling kawasan, pengelola menyiapkan kereta khusus yang ditarik traktor.

 

Tur keliling kawasan

 

BAGAIMANA SOAL PENGINAPAN?

Karena menjadi salah satu tujuan warga Brunei untuk berakhir pekan di Miri terdapat banyak penginapan. Mulai dari kelas melati dengan rentang tarif berkisar 60-80 ringgit (kurs sekitar Rp3.400/ringgit), hingga hotel berbintang yang bertebaran dengan jarak yang berdekatan.

 

ADA MAKANAN KHAS YANG PERLU DICICIP?

Umai, makanan khas Miri

 

Banyak terdapat restoran dan tempat makan halal dengan sajian menu khas lokal Miri. Salah satu menu yang wajib dicoba adalah umai yang berbahan dasar ikan laut segar yang diiris filet kecil-kecil. Potongan ikan segar ini kemudian disiram dengan perasan air jeruk nipis dan dicampur dengan cabe, irisan bawang bombay dan potongan timun. Rasa asam dari perasan air jeruk terasa di setiap lapisan irisan daging ikan, berpadu dengan rasa bawang dan cabe. Jika ingin mencicipi rasa yang berbeda, kita bisa meminta untuk mengganti ikan dengan udang segar.

 

OLEH-OLEH APA YANG BISA DIBELI?

Toko Siti Payung

 

Jika ingin pulang membawa oleh-oleh makanan, cobalah mengunjungi toko kue lapis Siti Payung. Toko ini merupakan salah satu toko yang cukup terkenal, menyediankan aneka kue lapis khas Sarawak.  

 

BAGAIMANA CARA KE MIRI?

Ambil penerbangan dari Jakarta menuju Pontianak atau Kuala Lumpur yang dilanjutkan penerbangan menuju Kuching dan dilanjutkan lagi ke Miri. Terdapat beberapa maskapai yang melayani penerbangan dari Kuching menuju Miri, di antaranya AirAsia dan Malaysia Airlines (MAS). Pemandangan khas sesaat sebelum pesawat mendarat adalah lalu-lalangnya kapal tanker dan beberapa kilang minyak lepas pantai yang menyemburkan api di pesisir laut Miri.

 

Miri juga bisa dicapai dengan jalan darat dari Pontianak, tapi membutuhkan waktu hampir 18 jam!

Teks & Foto: Yohanes Kurnia Irawan
Comment