PADU LIDAH BERSAMA HATTEN WINE DI DOUBLE CHIN JAKARTA 2022-08-04 13:15

Hidangan utama: nasi kebuli, rendang, dan mie aceh

 

“Coba, sebelum diminum, wine-nya dikulum dulu. Anda tahu kenapa?” tanya Kertawidyawati, WSET certified Wine Educator dari Hatten Wines pada peserta malam itu, dengan wajah serius.

 

Kertawidyawati, WSET certified Wine Educator dari Hatten Wines, sedang mengajar

 

“Karena, dikulum itu lebih enak!” sambungnya lagi, kali ini dengan senyuman ‘bandel’ yang membuat semua peserta terbahak-bahak. Ya, jangan bayangkan kelas pairing yang tegang dan penuh teori. Malam itu, Double Chin Resto Artotel Thamrin justru riuh rendah oleh tawa hadirin. Komunitas Jalansutra bersama Kertawidyawati dari Hatten Wines mengadakan “Pairing Indonesian Wine with Indonesian Food”, tanggal 26 Juli 2022. Wine dihadirkan oleh Hatten, yang sejak 1995 setia memproduksi wine Indonesia di Sanur, Bali. Sementara makanannya disajikan oleh Double Chin, sebuah resto kreatif yang menampilkan menu khas Jakarta seperti asinan betawi. Serius, pairing wine dengan asinan betawi?

 

Asinan betawi

 

Para peserta “Pairing Indonesian Wine with Indonesian Food”

 

Ciyus! Karena konsepnya adalah snack, maka makanan hadir dalam porsi mini, yang segera dipadankan dengan lima wine Hatten: sparkling Tunjung, Aga Red, Sweet Alexandria, Rose, dan Sweet Syrah --anggur jenis syrah pertama yang ditanam dan difermentasikan di Bali. Metodenya menarik: icip, lalu minum sedikit, dan rasakan sensasinya. Peserta langsung terheran-heran, ketika terjadi perubahan citarasa di mulut saat aroma wine bertemu rongga mulut. Asinan betawi hadir dengan sayuran --kol putih, tauge, timun, lalu disiram bumbu asam segar plus bumbu kacang. Lalu, setelah selesai, Kertawidyawati akan bertanya: “Mana yang cocok dengan…. Sweet Alexandria?” --dan beberapa peserta yang sepakat pun angkat tangan. Yes! Ini bukan ilmu baku, tetapi soal selera. Namun yang satu yang pasti: “Mana pairing yang tidak cocok?” --rata-rata jawabannya sama!

 

Wine yang di-pairing dari Hatten Wines

 

Mengapai riset pairing penting untuk makanan Indonesia? “Coba cek di restoran Michelin Star seluruh dunia: adakah yang makan saja tanpa minum, atau minumnya pakai air?” Tentu tidak! Paduan dengan wine menjadi sebuah “tiket masuk” ke kancah persaingan kuliner dunia. Dan kalau kuliner Indonesia tidak menemukan padanannya, maka akan sulit bagi hotel dan restoran untuk menyajikannya. Biar aman, spageti bolonaise saja! Lalu, kapan dong giliran nasi goreng petai?

 

Restoran Double Chin kemudian mengeluarkan jurus terbaiknya. Tiga jenis makanan hadir di atas piring panjang: mie aceh, nasi kebuli, dan rendang daging. Aih, sedap! Mie acehnya menggunakan mie yang keras alias al dente, sempurna. Bumbunya pun pas, berhasil menyajikan kekompleksan bumbu Aceh secara sederhana. Buat saya, Sweet Syrah yang juga beraroma rempah sangat cocok dengan yang ini! Lalu, nasi kebuli lain lagi. Spektrum rasa yang manis beraroma --kapulaga, kunyit-- dibubuhi kismis sehingga terasa manis. Enak! Dan buat saya, lebih enak lagi disandingkan dengan Sweet Alexandria. Lalu rendangnya empuk dan lembut, cocok dengan Rose buat saya. Konon, kalau rendangnya versi kering ala Kota Padang, bisa berubah lagi pairing-nya!

 

Hidangan utama dan wine yang akan di-pairing

 

Tentu saja hidangan belum lengkap tanpa dessert. Hadirlah putu mayang dengan siraman gula merah cair dan bika ambon. Hennery Sitohang dari Hatten Wines langsung dengan bangga menyebutkan kue asal Medan itu sambil bercerita soal kegiatan terakhir Hatten Wine. Bersanding dengan Tunjung, wuih sedap nian! Kemudian putu mayang dengan gula jawa, yang manis dan bertekstur lembut, menurut saya sedap dipadu dengan Rose yang menghilangkan rasa makteuh dari manisnya gula jawa cair. “Eh, cobain deh bika ambon dikasih gula cair merah. Enak juga!” kata salah seorang peserta. Hmm, inilah gunanya belajar pairing. Membuat orang jadi kreatif, menemukan padanan rasa baru! Ayo dong, dukung wine dan kuliner Indonesia jangan kalah bersaing. Mari kita carikan jodoh masing-masing!

 

Dessert putu mayang dan bika ambon

 

Double Chin

Artotel Thamrin

Jl. Sunda No. 3

Gondangdia

Jakarta Pusat

IG: @doublechin_jkt

 

Tentang penulis: Harry Nazarudin atau biasa disapa Harnaz adalah salah satu pendiri Komunitas Jalansutra, penulis kuliner yang telah menulis buku Kimia Kuliner, dan bersama Bondan Winarno (kini telah almarhum) dan Lidia Tanod menulis buku 100 Mak Nyus. Harnaz juga memiliki channel Youtube “Kimiasutra” –Menjelaskan Kimia dalam Bahasa Manusia. Buku terbarunya yang diluncurkan tanggal 25 Maret 2021 adalah Nasgor, Makanan Sejuta Mamat.

 

 

Teks & Foto: Harnaz Tagore (Harry Nazarudin)
Comment