Tugu Perbatasan RI-PNG di Sota, Merauke
Kawan, pernahkah kau mendengar ada satu tempat di Indonesia yang namanya Kampung Kondo? Saya yakin sedikit sekali, atau bahkan mungkin nggak ada yang pernah mendengarnya, kecuali kalian orang Papua atau orang yang lama tinggal di Papua, terutama di Merauke. Ya, Kampung Kondo berada di Distrik Naukenjerai, Kabupaten Merauke, Papua.
Dan tahukah kau bahwa kampung inilah yang sebenar-benarnya merupakan titik paling timur dari wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia? Iya, bukan Merauke –kotanya—yang merupakan titik tertimur. Kalau bicara kota besarnya, memang Merauke sih. Tapi kalau berdasakan riilnya, belum sah Anda bilang sudah menginjakkan kaki ke titik tertimur Indonesia kalau hanya baru ke Kota Merauke dan berfoto di tugu perbatasan di Sota. Ya, saya juga belum sah, karena saya juga baru sampai Kota Merauke dan perbatasan Sota.
Tugu perbatasan di Sota
Sama halnya dengan Sabang, kota yang ada di Pulau Weh, DI Aceh, juga bukan titik terbarat sesungguhnya. Karena ada yang lebih ujung barat lagi yaitu Pulau Rondo, tapi tak punya kota dan tak berpenghuni –hanya marinir yang bertugas menjaga perbatasan di sana.
Begitu juga Pulau Rote bukanlah titik terselatan Indonesia. Masih ada Pulau Ndana yang lebih selatan, tapi juga hanya ditinggali pasukan marinir sebagai penjaga perbatasan. Pulau Weh dan Pulau Rote sudah saya kunjungi, tapi Pulau Rondo dan Pulau Ndana hanya sempat saya lihat dari kejauhan. Ah, jadi belum sah juga.
Kalau Pulau Miangas di Kepulauan Talaud Sulawesi Utara, saya belum pernah. Dan kurang tahu apakah Miangas benar-benar menjadi yang terutara atau ada pulau kecil lainnya yang lebih utara dan dijaga marinir.
Kembali ke Kampung Kondo, saya juga baru tahu nama Kampung Kondo saat sedang berselancar di dunia maya mencari data tentang perbatasan Sota, Merauke. Saat mencari info tentang Monumen Meridien sebagai penanda perbatasan, terungkaplah ada Kampung Kondo, terletak 70 km ke selatan dari Merauke. Lebih ujung dari Sota. Juga berbatasan langsung dengan Papua Nugini.
Monumen Meridien seperti ini ada juga di Kampung Kondo
Menurut http://tabloidjubi.com, Kampung Kondo sampai sekarang masih terisolir. Jalan darat menuju ke sana hingga sekarang belum bisa dibuka karena banyak tempat sakral yang dilintasi. Akibatnya, harga barang-barang kebutuhan pokok pun melangit. Perlu ada kesepakatan untuk membukanya dengan tokoh-tokoh adat Suku Marind, suku asli yang tinggal di Kampung Kondo.
Untuk masuk ke sana harus dengan motor atau mobil 4WD karena medannya berlumpur. Saya kebayang sih seperti apa setelah melewati jalur Merauke-Tanah Merah (Boven Digoel) Desember 2017 lalu. Medannya berupa hutan, padang rumput dan rawa-rawa. Rawa-rawanya terhubung dengan laut melalui sungai-sungai kecil. Jadi kalau ke sana harus saat musim kemarau, saat medannya kering tak berlumpur. O ya, jalur Trans Papua nggak melintasi Kampung Kondo.
Tanah berawa di Kabupaten Merauke
Kabar baik yang saya baca, berkat bantuan dari dinas pertanian dalam hal pengelolaan lahan, warga kampung kini sudah bisa menanam padi untuk memenuhi kebutuhan beras sendiri.
Semoga suatu saat saya bisa menginjakkan kaki di Kampung Kondo.
Info yg jarang orang tau
2018-03-12Wah, keren infonya. Baru tau nih
2018-02-21