Siapa yang tak kenal kopi Toraja? Pecinta kopi pasti tahu nikmatnya kopi Toraja. Suatu keberuntungan Agustus lalu MyTrip dapat berbincang-bincang dengan Suleman Miting, yang bisa dikatakan sebagai pelopor yang memajukan petani kopi di Toraja.
Kalo Trippers ke Toraja jangan lupa untuk mampir ke Warung Kopi Toraja yang terletak di Jalan Pongtiku di samping Misiliana Hotel. Tapi jangan berharap menemukan tempat ngopi seperti di mal-mal yang ada di Jakarta ya. Warung Kopi Toraja ini sangat sederhana layaknya di rumah sendiri. Apalagi kalau Trippers ketemu dengan Suleman Miting.
Suleman sangat asyik diajak ngobrol apalagi kalau soal kopi. Beliau nggak akan sungkan untuk menceritakan bagaimana memulai usaha ini. Warung Kopi Toraja berdiri sejak 2014, saat harga kopi sedang anjlok sehingga petani kopi ramai-ramai meninggalkan kebun kopinya dan beralih ke bisnis lain. Karena ada permintaan dari temannya, maka mulailah Suleman kembali membangkitkan para petani kopi dan mempopulerkan lagi kopi Toraja.
Warung kopi sebenarnya di Toraja tidak populer karena setiap rumah pasti menyeduhkan kopi untuk para tamunya sendiri. Belum lagi kalau ada upacara adat, kopi selalu menjadi jamuan untuk para tamu. Untuk kembali mempopulerkannya maka Warung Kopi Toraja ini ada. Suleman menunjuk beberapa sentra kopi yang ada Toraja dan dicantumkan di kemasan kopi yang dijualnya, yaitu Awan dan Sapan. Masih ada dua daerah lainnya yaitu Pulu Pulu dan Boruppu.
Peta Sentra Kopi di Toraja
Peralatan menggoreng kopi dari tanah liat
Diberi merek KAA, berasal dari kata Kahua dari bahasa Arab, yang mempunyai arti “minuman yang berenergi”. Disebut kopi arabika karena diperkenalkan oleh orang Arab dan kopi tersebut selalu dibawa dalam setiap perjalanan mereka. Kopi yang tersedia di sini berasal dari Awan dan Sapan. Trippers dapat membeli berupa bubuk ataupun biji. Karena cara pembuatannya masih tradisional, jadi kopi yang dihasilkan pun tidak terlalu banyak setiap harinya. Disarankan kalau mau beli kopi di sini lebih baik pesan dulu satu hari sebelumnya kalau nggak mau kehabisan.
Berbincang dengan Suleman sangat mengasyikkan sampai tak terasa hari sudah menjelang malam dan MyTrip pun harus kembali ke hotel. Marilah kita mencintai kopi tradisional dan menjadikannya bagian dalam kehidupan kita seperti kita mencintai Indonesia dengan keindahan alam dan budayanya.
Suleman Miting