PHNOM PENH, PERPADUAN PRANCIS DAN ANGKOR DI PERTEMUAN 3 SUNGAI RAKSASA 2021-01-12 14:15

Royal Palace

 

Phnom Penh menjadi ibu kota Kamboja setelah Ponhea Yat, raja terakhir Kerajaan Khmer memindahkan ibu kota ke sini dari Angkor Thom pada tahun 1434. Yang terbersit di benak orang begitu mendengar Phnom Penh adalah sejarah kelam yang diakibatkan pendudukan rezim Khmer Merah antara tahun 1975-1979. Killing Fields! Ladang Pembantaian! Itulah Phnom Penh. Lembaran hitam ini tentu tak akan pernah lepas dari Phnom Penh dan Kamboja secara keseluruhan. Tapi tentu ada banyak hal lain yang bisa dinikmati dari kota ini. Bangunan berarsitektur cantik ala Prancis yang berpadu dengan gaya Angkor, taman di pertemuan 3 sungai: Mekong, Tonle Sap, dan Tonle Bassac, dan tentu peninggalan historis Kerajaan Khmer. Dan bonus: belanja murah!

 

CARA KE PHNOM PENH

Nggak ada penerbangan langsung dari Jakarta. Pilihannya antara lain naik Jetstar Asia ataupun Singapore Airlines + Silk Air dengan transit di Singapura. Total penerbangan termasuk transit minimal 6 jam. Penerbangan Singapura ke Phnom Penh sendiri 2 jam.

 

TRANSPORTASI DARI BANDARA KE PUSAT KOTA

Dari Phnom Penh International Airport ke dalam kota bisa dengan carter tuktuk (kapasitas 2-3 orang) maupun sewa mobil sejenis sedan maupun minivan.

Tuktuk di Phnom Penh

 

CARA MENGEKSPLORNYA

Baik untuk keluar kota seperti ke Killing Fields maupun hanya muter-muter kota, wisatawan lazim menyewa tuktuk. Harganya murah asal jago nawar. Jarak dekat sekitar USD 2. Pilihan sewa mobil sedan tentunya banyak. Jalan kaki juga bisa kalau hanya di dalam kota.

 

WAKTU TERBAIK & DURASI KUNJUNGAN

November–Januari saat hawanya nggak terlalu panas. Saat musim panas, Februari–Agustus, juga OK aja sih. Minimal dibutuhkan durasi 2 malam untuk eksplor Phnom Penh dengan puas dan santai.

 

Baca juga: "Mengenal Killing Fields, Saksi Sejarah Hitam di Kamboja"

 

MATA UANG

Riel. Tapi jangan buru-buru menukarkan USD yang Trippers bawa ke dalam riel begitu tiba di Phnom Penh karena hingga saat ini USD lazim digunakan bertransaksi di mana pun di Phnom Penh maupun kota-kota turis lainnya di Kamboja. Bahkan di pasar atau di tukang jajanan pinggir jalan pun USD diterima. Bukan cuma diterima, bahkan mereka pun mencantumkan harga dalam USD. Tapi jangan kaget kalau mereka memberikan uang kembalian dalam USD yang sungguh lecek dan kumel, atau mencampurnya dengan riel. Makanya alangkah lebih baik kalau membawa banyak pecahan USD 1, 2, 5, 10. Kalau punya USD yang udah nggak laku di money changer di Indonesia, bawa aja ke Kamboja, pasti masih diterima. Saya survive di Kamboja tanpa menukar USD ke dalam riel. Riel yang saya dapat dari kembalian, saya habiskan selama di Kamboja. Tapi kalau masih sisa bisa kok ditukarkan kembali ke USD saat hendak meninggalkan Kamboja. USD 1= 4.075 riel. 1 riel= Rp3,5

 

VISA

WNI nggak butuh visa untuk masuk Kamboja sebagai turis selama maksimal 30 hari.

 

OBJEK-OBJEK WISATANYA:

The Royal Palace and Silver Pagoda

Royal Palace, tampak luar

 

Royal Palace, tempat kediaman Raja Kamboja dan keluarganya, luasnya 175 m2 dengan banyak bangunan di dalamnya, salah satunya Silver Pagoda, yang lantainya dari perak. Di dalam Silver Pagoda diletakkan patung Buddha dari emas. Ada juga pagoda untuk meletakkan abu Raja Sihanouk. Foto-foto kegiatan Sihanouk juga dipajang, termasuk fotonya dengan Presiden Soekarno. Istana ini berada di Sothearos Blvd. Buka: pkl.07.30–11.30 dan 14.00–17.00.  Tutup bila ada upacara atau tamu negara.Tiket: USD 10. Pemandu: USD 10 per rombongan.

 

Silver Pagoda

 

Tips: Kenakan pakaian yang pantas bila berkunjung ke sini, celana menutup lutut dan baju menutup bahu.

 

National Museum

 

Dari Royal Palace cuma perlu jalan kaki 6 menit ke sini. Tepatnya di Street 13, Sangkat Chey Chumneas. Inilah museum terbesar di Kamboja. Layak dikunjungi untuk menambah pengetahuan mengenai sejarah Kamboja. Kalau lapar, dekat museum ada banyak warung tempat mangkalnya para supir tuktuk. Buka: pkl.07.30–11.30, dan 14.00-17.00. Tiket: USD 10.

 

Siluet National Museum

 

Wat Phnom

Kalau masih kuat jalan kaki lanjutkan ke Wat Phnom, +/-15 menit dari National Museum, tepatnya di bukit buatan di tengah taman dekat Sisowath Quay. Wat Phnom artinya pagoda di puncak bukit. Karena banyak pohon besar, enak buat ngadem. Didirikan tahun 1373 dan merupakan bangunan keagamaan tertinggi di Phnom Penh. Dindingnya penuh dengan lukisan mengenai kehidupan Buddha dan kisah Ramayana versi Kamboja. Buka: pkl.07.00–18.00. Tiket: USD 1.

 

Independence Monument

 

Bentuk monumennya ya tipikal menara candi di Angkor, letaknya tepat di pusat kota Phnom Penh. Dibangun tahun 1958 untuk memperingati kemerdekaan Kamboja dari penjajahan kolonial Prancis tanggal 9 November 1953. Area di sekitar monumen ini menunjukkan modernitas Kota Phnom Penh. 

 

Riverfront Park

Nggak afdol ke Phnom Penh kalau nggak menghabiskan waktu di pagi atau sore hari di taman di pertemuan 3 sungai besar ini: Sungai Mekong, Tonle Sap, Tonle Bassac. Nggak ada aktivitas atau objek khusus yang dilihat, hanya duduk-duduk atau jalan kaki sambil menikmati semilir angin dan mengamati aktivitas warga lokal di sini.

 

Psar Thmey (Central Market)

Jalan kaki dari Wat Phnom 15 menit. Pasar ini atapnya berbentuk kubah dan dalamnya dipenuhi stan yang menjual berbagai macam produk elektronik, perhiasan, jam tangan, pakaian, penjahit pakaian, suvenir, sepatu, tas, banyak deh, mau cari apa aja ada. Jangan lupa nawar ya, T-shirt ditawarkan USD 5, bisa didapat dengan USD 2. Gantungan kunci 6 buah seharga USD 2.  Pokoknya tawar abizzz. Banyak juga barang-barang branded, tapi jangan terkecoh, ini palsunya. Jam bukanya: 07.00-18.00.

 

Psar Chas (Old Market)

Nah kalau ini pasarnya orang lokal yang jual buah-buahan, sayur-sayuran, baju-baju bekas, dll. Saat malam banyak yang menggelar jualan makanan, dan ini tentu yang menarik bagi turis.

 

Russian Market

Dari pusat kota sekitar 15 menit dengan tuktuk ke arah selatan. Gara-gara banyak orang Rusia yang berkunjung ke pasar ini maka namanya jadi Russian Market. Barang yang dijual lebih banyak dan lebih bervariasi dari Pshar Thmey.  Sutera dan ukiran kayu paling diminati karena kualitasnya bagus. Sama seperti Pshar Thmey, barang-barang bermerek juga banyak dijajakan, tetapi keasliannya diragukan.

 

Baca juga: "Mengunjungi Golden Triangle, Segitiga Perbatasan Thailand-Myanmar-Laos"

 

Tuol Sleng Genocide Museum

Berada 8,5 km dari pusat kota. Dulu bernama S-21, merupakan tempat penyiksaan +/-20.000 tahanan pada masa Khmer Rough (pemimpinnya Pol Pot, tahun 1975-1978). Bangunan yang dulunya sekolah ini terdiri dari ruangan-ruangan tempat penyiksaan. Alat penyiksaan seperti accu masih ada. Bahkan beberapa ruangan masih menyisakan bercak darah. Di halaman berdiri 3 buah tiang untuk menggantung para tahanan. Dokumentasi mengenai penyiksaan para tahanan sangat lengkap. Ingat, kalau datang ke sini tak boleh bicara kencang-kencang. Buka: pkl.08.00-17.00. Tiket: USD 5, audio guide USD 3. Cara ke sini: Naik tuktuk. Bisa dicarter seharian USD 18-20 untuk 3-4 orang (sekalian ke Killing Fields).

 

Killing Fields of Choeung Ek

 

Lokasinya 17 km dari pusat kota. Setelah disiksa di S-21, para tahanan dibawa ke sini dengan truk untuk kemudian dieksekusi. Bukan dengan ditembak, tapi dengan cara yang lebih kejam misalnya kepalanya dipukul sampai hancur. Bayi dan balita dihempaskan ke pohon (yang masih ada sampai sekarang). Sebenarnya ada banyak lokasi eksekusi, tapi Killing Fields di Choeung Ek ini yang paling terkenal. Buka: pkl.07.30-17.30. Tiket: USD 3, sewa audio guide dalam berbagai bahasa USD 3. Cara ke sini: Naik tuktuk sewa sekaligus ke Genocide Museum, USD 18-20 untuk 3-4 orang.

 

PENGINAPAN

Dari USD 5/orang di budget hostel hingga ratusan dolar di hotel yang mewah. Yang standar USD 30. Jangan lupa minta peta wisata di hotel. Hampir semua hotel menyediakan wifi gratis. Carilah penginapan di daerah Preah Sisowath Quay di tengah kota.

 

Preah Sisowath Quay, area favorit untuk penginapan

 

MAKANAN

Salah satu menu khas Khmer yang layak coba adalah . Rasanya karena berupa kuah santan. Menu ini bisa ditemukan di beberapa restoran terutama yang biasa dikunjungi turis.

 

Amok fish

 

Kalau punya waktu ke pasar tradisional atau menyusuri trotoar di kota, coba cari penjual juice sawo deh! Ada cukup banyak penjualnya, yang pake gerobak seperti di sini lah. Pilih yang mana pun, rasanya sama aja: enak!

 

Ada satu lagi yang wajib dicicip asal Trippers berani: jangkrik goreng! Penduduk lokal biasa membelinya di penjaja pinggir jalan.

 

Jangkrik goreng

 

 

Teks: Linda Bungasalu, Lisa Hendrawan, Mayawati NH (Maya The Dreamer) Foto: Dammer Saragih, Dok. MyTrip, Shutterstock, Timgray200, www.agatetravel.com
Comment