20 FAKTA KAMPUNG ADAT LEWOHALA DI LEMBATA. HATI-HATI, NO. 13 JANGAN DILANGGAR 2024-01-27 23:00

Rombongan MyTrip Mei 2023 di Kampung Adat Lewohala

 

Jalan-jalan ke Pulau Lembata di Nusa Tenggara Timur (NTT) selain untuk mengenal tradisi perburuan pausnya yang berpusat di Desa Lamalera, juga untuk apa lagi? Bisa ke mana lagi? Adakah rumah atau kampung adat yang bisa dikunjungi seperti di Sumba dan Flores? Tentu saja ada. Namanya Kampung Adat Lewohala di Kecamatan Ile Ape Kabupaten Lembata. Berkunjung ke sini harus dengan pemandu lokal yang fasih bercerita tentang kampung ini. Ada banyak fakta menarik yang disampaikan Vincent Halimaking, pemandu rombongan MyTrip saat ke sini pada Mei dan Juli 2023. Kurang afdol ke Lembata kalau belum tahu tentang Kampung Adat Lewohala ini. Yuk disimak.

 

1. Kampung Lewohala adalah komplek kampung adat dari 77 suku yang ada dengan 140-an bangunan rumah adat yang sampai kini masih berdiri dan berfungsi. Jadi, satu suku ada yang memiliki lebih dari satu rumah. Walaupun masih berfungsi, tapi sejak sekitar tahun 2000-an sudah tidak didiami. Hanya difungsikan saat ada pesta atau upacara ritual, salah satunya Pesta Kacang. Jadi sehari-hari terlihat sepi, begitu ada acara baru kelihatan banyak sekali orang. Karena semua orang Lewohala yang tinggal di luar akan kembali untuk menerima berkat baru.

 

Salah satu rumah di Kampung Adat Lewohala

 

2. Komplek kampung yang dulunya kerajaan ini masih menyisakan tembok atau pagar pembatas, dan ada pintu masuknya. Pintu masuk yang paling dekat lokasi parkir mobil di mana wisatawan biasa masuk bukanlah pintu utama, melainkan pintu samping. Sedangkan pintu utama ada di bagian depan yang lokasinya lebih menurun.

 

Wisatawan biasa masuk lewat sini, tapi ini sebenarnya bukan pintu utama

 

3. Rumah yang MyTrip kunjungi, tempat Vincent menjelaskan segala sesuatunya, baru dibangun ulang tahun 2022 karena yang lama rusak dan bahkan hilang setelah ratusan tahun berdiri. Pemiliknya adalah Suku Telemaking.

 

Di rumah inilah Vincent bercerita kepada MyTrip, Mei 2023

 

Di rumah inilah Vincent bercerita kepada MyTrip, Juli 2023

 

4. Untuk mendirikan bangunan rumah baru harus melewati proses ritual. Proses ritual yang pertama dan utama adalah mencari titik pusat. Tiap rumah ada titik pusatnya. Kalau belum ditemukan, belum bisa dibangun. Titik pusat bisa kita lihat di lantai tanah, ditandai dengan batu-batu yang disusun.

 

Baca juga: "Ada BCL di Lembata? Iya, Bukit Cinta Lembata"

 

5. Pembangunan juga ada tahapannya hari per hari. Dan di setiap tahap harus mengorbankan seekor hewan (babi misalnya). Tiap tahap harus selesai dalam satu hari, dan jika selesai lebih cepat, tetap harus menunggu besoknya untuk mengerjakan tahap berikutnya.

 

6. Atap bangunan terbuat dari anyaman daun kelapa. Kalau atap atau wuwungan ada yang jatuh, harus diganti seluruhnya, bangun lagi dari awal.

 

Atapnya dari daun kelapa

 

7. Dulu yang dipakai untuk membangun rumah adat adalah kayu eukaliptus, tapi sekarang tidak lagi karena mereka sadar itu merusak hutan. Jadi untuk melindungi alam, mereka ganti pakai kayu lain. Untuk menyambung atau mengikat digunakan pelepah lontar. Tidak ada paku yang dipakai, melainkan pasak.

 

Baca juga: "Lembata NTT Juga Punya Air Terjun yang Asri Lho, Lodovavo Namanya"

 

8. Bangunan rumah adat ini tidak ada kuda-kudanya. Tapi ada 4 tiang dipasang di atap bagian dalam sebagai penopang, pengganti kuda-kuda. Setiap 2 tiang membentuk dua sisi segitiga, menyimbolkan perempuan dan laki-laki harus bersatu dan rukun dalam membangun rumah tangga.

 

4 tiang kayu pengganti kuda-kuda yang berwarna hitam

 

9. Bambu-bambu yang dipakai membangun rumah tidak boleh ada sambungan, tidak boleh ada cacat. Kalau bambunya misalnya kependekan, harus diganti dengan yang lebih panjang. Ikatan pun arahnya harus sama, tidak boleh berlawanan. Kalau berlawanan, harus ada ritual, minimal seekor ayam dikorbankan.

 

Bambunya tidak boleh ada sambungan

 

10. Ada sebongkah batu cukup besar di depan pintu masuk, di situlah dibuat api secara manual dengan menggesek-gesekkan dua bilah bambu.

 

Batu di depan pintu masuk, tempat membuat api

 

11. Ya, salah satu proses ritual di Kampung Lewohala adalah membuat api dari dua bilah bambu. Api yang dibuat dengan cara ini disebut api induk untuk menghidupkan tungku utama, berupa tungku batu yang akan ditutup selepas upacara. Yang berhak membuat api ini adalah anak laki-laki dari garis keturunan perempuan. Vincent memperlihatkan kepada MyTrip bilahan bambu yang sudah ada garis-garis celah bekas gesekan. Setiap menggesek baru, harus pindah ke sebelahnya. Tidak boleh di celah yang sudah terbentuk. Sampai bilah bambu rusak baru diganti.

 

Inilah bilah bambu untuk membuat api

 

12. Di dalam bangunan rumah ada satu kursi bale untuk kepala suku, di depannya ada bale yang lebih rendah untuk adik-adiknya atau keturunan yang laki-laki. Bale di depannya lagi barulah untuk tamu, duduknya bersila. Bale di sampingnya lagi untuk kaum perempuan dan meletakkan perlengkapan makan. Sedangkan tempat duduk di atas yang bisa dicapai dengan naik tangga diperuntukkan bagi kaum perempuan yang merupakan istri atau saudari kepala suku yang berasal dari kasta tinggi. Kalau dari kasta rendah tidak bisa duduk di situ.

 

Bale untuk kepala suku, di sampingnya ada tangga naik ke atas

 

13. Siapa pun tidak boleh melewati bagian bawah bale utama. Kalau dilanggar nanti rambutnya masak sebelum waktunya alias ubanan.

 

14. Ada semacam rak agak tinggi posisinya di sudut kanan depan bangunan yang menyimbolkan derajat perempuan yang lebih tinggi dan dihargai. Rak ini difungsikan untuk meletakkan makanan. Namanya Hoilolon.

 

Hoilolon, simbol derajat perempuan yang tinggi

 

15. Di atap rumah ada semacam 7 tombak, menandakan rumah tersebut baru dibangun lagi dari pondasi, setelah lewat ratusan tahun dan sudah runtuh. Kalau rumah sampai roboh, dipercaya di dalam sukunya ada masalah atau konflik. Harus diselesaikan dulu, baru membangun rumah lagi.

 

7 tombak di atap rumah

 

16. Jumlah sesajian selalu 8. Maka tak heran kalau Trippers akan melihat ada digantung 8 tulang rahang babi.

 

17. Rumah-rumah adat Lewohala ada yang menyimpan gading yang amat besar dan panjang. Diperkirakan itu gading mamut (mammoth), bukan gajah.

 

Gading mamut

 

18. Yang menjadi imam dalam upacara adat harus yang sudah menikah. Kalau yang belum menikah menjadi imam, dipercaya akan memutus mata rantai keturunan.

 

19. Orang Lewohala tidak dilarang beristri dua, tapi istri kedua akan mendapat julukan tertentu dan hak-haknya tidak seutuh istri pertama.

 

20. Wisatawan atau siapa pun boleh masuk, tinggal, dan ikut makan saat ada pesta/festival, tapi tidak boleh naik ke bagian atas.

 

Rombongan MyTrip Juli 2023 di Kampung Lewohala dengan latar Gunung Ile Ape

 

Bagaimana Trippers, tertarik ke Lembata? Yuk ikut Just Pack & Go to Lembata bersama MyTrip tanggal 27 April-4 Mei 2024. Hubungi segera 0811821006

 

 

Teks: Mayawati NH (Maya The Dreamer) Narasumber: Vincent Halimaking Foto: Mayawati NH, Vincent Halimaking
Comment