INI SUNRISE-KU YANG MAGIS, MANA SUNRISE-MU? 2017-05-15 00:00

Sunrise tercantik di Bromo Jawa Timur

 

Saya bukanlah makhluk pagi. Kalau bukan karena wajib atau terpaksa, malas bangun pagi, apalagi saat ngetrip. Kalau bangun paginya jam 6 atau 7 sih masih OK lah. Tapi kalau jam 4, apalagi jam 1? Apalagi di daerah dingin. Enaknya terus mendekam di balik selimut sampai matahari nongol. Walaupun ada iming-iming melihat sunrise, mostly saya malas. Saya lebih suka berburu sunset karena nggak perlu bangun pagi. Tapi itu nggak berlaku kalau untuk sunrise yang spektakuler banget. Itu sih kudu dibela-belain kalau nggak mau nyesel seumur hidup.

 

Apa ukurannya sunrise disebut spektakuler dan beda dari sunrise di tempat lain? Haha, memang nggak ada ukuran pastinya. Namanya juga fenomena alam, pasti sangat subjektif ya. Kalau saya, pokoknya saya mau bela-belain bangun pagi buta karena sudah dengar sebelumnya, sunrise di tempat itu magis, spektakuler, bikin merinding. Berikut ini pengalaman sunrise yang terbaik buat saya. Ingat, ini versi saya ya, sebatas yang pernah saya alami. Jadi jangan protes kalau sunrise jagoan Anda nggak masuk, karena mungkin saya belum ke sana, atau saya sudah ke sana tapi sunrise-nya pas lagi nggak nongol dengan sempurna. Jadi daripada protes, mending tuliskan saja sunrise unggulan Anda di kolom komen.

 

 

CAHAYA MAGIS MENYERUAK DARI BALIK GUNUNG-GUNUNG LANCIP DI MACHU PICCHU

 

Dulu saya pernah terkesima saat menyaksikan acara TV berjudul “1.000 Places to See Before You Die” yang dipandu pasangan Albin dan Melanie Ulle. Saat itu saya menonton adegan mereka sedang menanti sunrise di Machu Picchu, Peru. Arrrghh.... magis banget suasananya! Para turis yang berdiri rapat di sebuah teras pandang terlihat nanar menatap ke barisan gunung-gunung lancip di sisi kanan, tempat sang mentari perlahan menyeruak di baliknya. Sementara hamparan reruntuhan kejayaan Inca di sebelah kiri setia menanti sinar mentari meneranginya. Suasana yang persis sama saya alami pada akhirnya saat saya berkesempatan mengunjungi Machu Picchu, situs peninggalan Kerajaan Inca di ketinggian 2.430 mdpl. Benar-benar magis!

 

Ke Machu Picchu memang melalui perjalanan panjang: penerbangan 30-an jam Jakarta-Lima (ibu kota Peru), sambung lagi terbang ke Cuzco 1 jam, lanjut naik kereta 1,5 jam ke Aguas Calientes, barulah naik bus 20 menit ke Machu Picchu.

 

MENONTON MATAHARI MENYEMBUL DARI ATAS BALON UDARA DI CAPPADOCIA

 

Menyaksikan matahari menyembul di ufuk timur dari atas balon udara sudah saya angankan sejak ke Bagan, Myanmar. Tapi apa daya saya pergi ke sana bukan pada musim hot air balloon beroperasi. Dan akhirnya angan itu malah terwujud di Cappadocia, Turki. Highlight wisata Cappadocia memang adalah menonton sunrise sambil naik hot air balloon. Beda banget sensasinya melihat sunrise di pantai ataupun gunung dengan posisi kita di darat dibandingkan dengan posisi kita melayang-layang di udara, di dalam keranjang balon udara. Apalagi sajian bentang alamnya seunik dan seluar biasa Cappadocia. Uwowww!! Kita seakan berada lebih tinggi dari matahari yang mulai muncul dari balik pegunungan. Semburat cahayanya memerahkan ratusan balon-balon di sekitar kita, juga membuat tonjolan batu-batu di seantero kita tambah dramatis penampakannya.

 

 

Ke Cappadocia dari Jakarta, tentu harus terbang ke Istanbul (ibu kota Turki) dulu selama 13 jam, lalu sambung terbang ke Cappadocia 1,5 jam.

 

SINAR MENTARI PAGI MEMERAHKAN BROMO

 

Sunrise di Bromo Jawa Timur digadang-gadang sebagai salah satu The Best Sunrise in The World. Banyak orang bela-belain ke Pananjakan (teras pandang untuk melihat sunrise ke arah Bromo) di pagi buta demi melihat sunrise cantik. Matahari muncul perlahan dari arah sebelah kiri dan lama-kelamaan bias cahayanya memerahkan lansekap di depan kita yang terdiri dari Gunung Batok, Kawah Bromo dan Gunung Semeru di latar belakang. Meski seringnya berdesakan dengan wisatawan lain di teras pandang itu, tapi tetap saja rasanya suasana sunrisenya syahdu dan magis.

 

Untuk ke Pananjakan Bromo kalau dari Malang kita harus mulai berangkat sekitar pukul 1 pagi. Bayangkan, masih enak-enaknya tidur, disuruh berangkat. Tapi demi sunrise kece, ya dilakoni. Tapi kalau menginapnya di Cemorolawang, berangkat bisa jam 3-an.

 

SYAHDUNYA SUNRISE DI BOROBUDUR

 

Saya baru pernah melihat sunrise dari Candi Borobudur, tapi belum pernah melihat sunrise ke arah Candi Borobudur dari Bukit Punthuk Setumbu (sudah masuk dalam daftar!). Untuk naik ke Candi Borobudur sebelum jam buka resminya demi melihat sunrise, kita harus ikut tur yang dikelola oleh Hotel Manohara yang berlokasi di dalam kompleks candi. Dari mulai candi masih gelap (naiknya dibantu senter) kita sudah standby di pelataran paling atas. Momen kala sang surya mulai malu-malu memamerkan diri di balik deretan perbukitan nun jauh di depan kita benar-benar amazing! Seiring dengan makin bulatnya matahari dan makin kuat sinarnya, pelataran candi pun mulai jelas terlihat, sedikit merona, menambah syahdu suasana.

 

 

Sebenarnya sunrise-sunrise yang saya lihat di gunung-gunung (Rinjani, Semeru, Kerinci, Kilimanjaro) juga memukau. Tapi karena saat melihatnya saya sedang bersusah-payah mendaki, jadi kurang santai menikmatinya.

 

Itu sunrise-ku, mana sunrise-mu?

 

Tulisan ini pernah dimuat di www.qubicle.id

 

Teks: Mayawati NH Foto: Mayawati NH, Shutterstock (foto utama)
Comment