JALAN-JALAN KE CURUG DI SENTUL YUK WIKEN INI... 2017-04-18 00:00

Curug Hordeng

 

Jadikan wikenmu sebagai hari gerak badan dan segarkan pikiran. Jangan hanya ke mal, nongki-nongki di kafe atau nonton di bioskop. Nggak bosen apa? Seperti kami, kami memilih untuk selalu berkegiatan di luar ruang, mengirup udara segar perbukitan, dan mengajak semua otot tubuh bergerak, setiap wiken. Mmm... nggak setiap wiken sih, tapi paling nggak sebulan sekali. Kebiasaan ini kami lakukan sudah setengah tahun.

 

Karena hanya day trip, pilihannya tentu yang selemparan batu dari Jakarta, jadi ya seperti Sentul, Gunung Bunder, Jonggol, semua di Kabupaten Bogor. Banyak lho objek wisata yang bisa dieksplor.

 

SENTULIEM LAGI

Curug Kembar

 

Kali ini kami sepakat kembali ke Sentul untuk mengeksplor 3 curug yang berada di satu area, yakni Curug Hordeng, Curug Kembar dan Curug Ciburial. Walaupun pada akhirnya kami kehabisan semangat untuk ke Curug Ciburial. Jadi hanya berhasil ke dua curug. Rute ke sana, ehem... sedikit mirip Lembah Baliem, jadi kami menyebutnya Sentuliem. Curug-curug ini tepatnya berada di Kampung Cibeureum (beda dengan Cibeureum di dekat Puncak), Desa Cibadak, Kecamatan Sukamakmur, Kabupaten Bogor.

 

IKUTI RUTE KE LEUWI HEJO

Leuwi Hejo sudah cukup terkenal. Nah, ke Curug Hordeng dkk ini ikuti saja arah Leuwi Hejo. Dari Jakarta keluar tol Sentul Selatan/City, belok kiri, lalu lurus aja. Sampai ada petunjuk JungleLand belok kiri, ikut belok kiri. Ketemu bundaran Sentul Nirwana, ambil first exit alias belok kiri, ikuti ke arah JungleLand. Nah begitu gerbang JungleLand ada di depan, baru deh belok kanan ke arah jalan kampung. Ada plang hijau bertuliskan “Sentul Eco Edu Tourism Forest”. Jalanannya sempit kalau berpapasan dengan mobil lain, agak menanjak. Secara keseluruhan jalan aspalnya cukup mulus, hanya rusak di beberapa ruas.

 

Sekitar 10 menit akan ada pertigaan, ke kanan ke wisata air panas Gunung Pancar, nah kita ambil yang kiri. Dari situ terus saja ikuti jalan, makin lama makin berlika-liku, sempit dan menanjak curam. Sampai akhirnya setelah berkendara 1 jam 15 menit dari gerbang tol Taman Mini, tibalah di gerbang masuk Leuwi Hejo. Di situ selalu ada akamsi (anak kampung sini) yang nongkrong dan menawarkan kita masuk.

 

Sesuai yang kami baca, jika kami terus berkendara, jalanan akan semakin menanjak, sempit dan rusak. Dan atas saran akamsi yang kemudian menjadi pemandu kami, Rustan namanya, kami pun masuk dan memarkir mobil di area parkir Leuwi Hejo. Dari situ kami siap mengayunkan langkah. Memang rute trekkingnya jadi lebih jauh dibandingkan jika kami berkendara terus. Tapi yang membawa kendaraan roda empat harap berpikir ulang kalau mau lanjut. Mending ikuti cara kami, parkir di Leuwi Hejo. Kecuali yang bawa motor bisa lanjut terus ke area parkir Curug Hordeng dan Curug Kembar, jalan kakinya jadi lebih singkat. Bayar parkir mobil di Leuwi Hejo Rp 15.000.

 

Area parkir dari area Leuwi Hejo

 

RUTE PANJANG YANG TAK KUNJUNG USAI

Jalur awal, titik start

 

Bayar tiket masuk di sini

 

Dimulai dari jalur semen di awal perjalanan, lalu usai gerbang (bayar tiket masuk Rp 15.000 per orang) disusul tanah berbatu yang becek. Kalau ke Leuwi Hejo terus di jalur itu, tapi kami mengambil ruas ke kanan dan menanjak, jalannya tanah merah. Kadang ada undak-undakan batu, atau undak-undakan kayu, kadang juga tak ada undakannya. Jalurnya relatih adem karena terlindung pepohonan walaupun sesekali juga terbuka.

 

Ambil rute yang ke kanan, menanjak

 

Jalurnya rimbun

 

Sekitar 30 menit berjalan, kami tiba di gerbang Leuwi Cepet dan Leuwi Lieuk, bayar lagi Rp 5.000 per orang. Jembatan kayu dan jembatan bambu harus kami lewati di atas sungai. 10 menit kemudian melewati Leuwi Cepet (terlihat dari jalur), dan 10 menit lagi Leuwi Lieuk (nggak kelihatan dari jalur). Dari situ jalanan lebih menanjak dan menanjak terus. Jalurnya sempit di antara kebun kopi, berupa tanah merah. Sepanjang rute banyak dijumpai warung-warung yang menjual minuman kemasan, gorengan dan mie instan, bahkan ada yang menjual bakso. Area terbuka tempat kita bisa melepas pandangan jauh ke kehijauan alam juga akan ditemui. Sampai akhirnya kami tiba di perkampungan setelah +/-1,5 jam berjalan. Di halaman rumah warga terlihat biji-biji kopi dijemur.

 

Jembatan bambu

 

Banyak warung di sepanjang jalan

 

Spot terbuka, memandang alam

 

Dari situ rute masih menanjak, melewati ladang dan persawahan. Dan ketemu kampung lainnya. Rute mulai agak datar sampai kami ketemu jalur utama (jalur yang dilewati para pengunjung lain yang datang dengan motor). Di situ mulai menanjak lagi tapi pemandangannya lebih keren. Di kanan terhampar barisan perbukitan dan lembah yang dibelah aliran sungai dari curug-curug di atasnya. Ada tikungan yang jadi spot favorit untuk berfoto. Lalu, di satu sisi ada lereng yang dipenuhi pohon pakis, cantik! Setelah itu mulai terlihat warung-warung lagi. Dan karena sudah hampir jam 12, begitu nemu warung bakso, kami memutuskan istirahat ngebakso dulu. Dari sini sudah nggak jauh, tibalah kami di Curug Hordeng. Sebelumnya ada pertigaan dan plang, ke Curug Kembar ke kanan. Tapi kami memilih ke Curug Hordeng dulu.

 

Mirip Lembah Baliem

 

Spot favorit

 

Lereng dipenuhi pakis

 

Percabangan Curug Hordeng dan Curug Kembar

 

MIRIP HORDENG ALIAS GORDEN

Curug Hordeng dari sisi kiri

 

Curug Hordeng terdiri dari dua tingkat. Curug yang lebih atas lebar aliran airnya dan nggak terlalu tinggi, jadi mirip gorden, alias hordeng kata urang Sunda mah. Di bawahnya terbentuk kolam yang bisa untuk berenang bagi yang bisa berenang karena cukup dalam katanya (saya nggak ngetes). Untuk naik ke kolam ini kita butuh merangkak dari pinggir kanan curug di bawahnya. Nah curug di bawahnya ini cuma berupa aliran air di batu aja sih. Di sisi kiri batunya bisa dinaiki dan terlihat beberapa pengunjung melompat ke kolam di bawahmya dari sini. Kolam di bawahnya lebih luas dan ada bagian dangkalnya. Di depan kolam ini ada jembatan kayu, tempat pengunjung menyeberang kalau mau ke Curug Kembar dari sini.

 

Atraksi melompat di Curug Hordeng

 

Curug Hordeng dari sisi kanan

 

Jangan sampai nggak ke Curug Kembar kalau udah jauh-jauh sampai Curug Hordeng karena jalan kakinya deket aja, hanya 5 menit. Jalurnya menurun, berupa tanah dan bebatuan. Begitu tiba di area curug, terlihat aliran sungainya diseling bebatuan, tapi curugnya hanya mengintip (kondisinya mirip seperti Curug Batu Ngampar di Gunung Bunder, baca di sini). Kita perlu menyeberangi aliran sungai itu ke sisi sebelah kanan. Nggak ada jembatan, tapi alirannya dangkal kok. Tapi tetap hati-hati kalau nggak mau jatuh dan basah karena aliran airnya lumayan deras. Dari sisi kanan barulah terlihat ada dua curug mengalir (makanya disebut Curug Kembar), yang tingginya paling hanya 6 meteran. Persis di bawah curug terbentuk kolam juga yang pas buat direnangi. Dalamnya hingga 1,5 meter kata papan penunjuk. Hati-hati dengan kemungkinan batu jatuh dari atas ya.

 

Begitu sampai, Curug Kembar hanya mengintip

 

Menyeberang ke sisi kanan

 

Inilah Curug Kembar

 

Di Curug Kembar dan Curug Hordeng nggak ada warung. Sedangkan kamar bilas/toilet hanya ada di Curug Hordeng.

 

Total durasi trekking santai termasuk istirahat +/-2,5 jam, dengan jalur yang dilalui sepanjang 3,9 km. Elevasinya, dari tempat parkir di ketinggian 580 mdpl hingga ke Curug Hordeng 740 mdpl, Curug Kembar 720 mdpl, dan titik tertinggi sepanjang rute 815 mdpl. 

 

Baca juga "Piknik dengan Bujet Kurang Dari Rp 50 Ribu? Ke Curug Goa Lumut Indah Aja!"

"Hai Kamu yang Kurang Piknik, PIknik Itu Bisa Murah Lho! Ke Sentul Aja!"

Teks: Mayawati NH Foto: Mayawati NH, Rustan, Shinta Djojonegoro, Wiewiek Asmawiati, Yenny Anastasia
Comment
Chandra

mba, punya nomor akamsinya ga? kq saya tanya2 klo dari leuwi hejo ke ciburial dkk bisa melewati 18km?

2020-11-06