DULU PEMBURU EMAS, KINI PEMBURU MAKANAN ENAK! 2016-08-19 00:00

 

 

Kawasan China Town di kota mana pun selalu menarik disambangi, terutama bagi turis Asia seperti kita. Apalagi China Town nampaknya tak pernah tertidur. Kawasan ini selalu menampilkan kemeriahan khas Oriental. Bila di tempat lain toko-tokonya tutup lebih awal, China Town terlihat masih menyambut pengunjung dengan hiruk-pikuk, deretan toko, dan mmm.... makanan enak! Melbourne, ibu kota negara bagian Victoria di Australia, juga memiliki China Town yang membentang sepanjang Little Bourke Street. Mudah mencapainya dari pusat kota, yakni dengan naik City Circle Tram ke Halte Spring Street lalu dilanjutkan jalan kaki 5 menit.

 

BAGAIMANA SEJARAHNYA?

Sejak para penambang emas mulai berdatangan ke wilayah Victoria tahun 1854, Melbourne dibanjiri para pemburu tambang emas atau “Gold Rush” dari China. Mereka tinggal dalam satu komunitas tersendiri. China Town di Melbourne menjadi salah satu komunitas warga China untuk bertemu dengan sesama imigran dan berdagang. Para pemburu emas pada saat itu memang mengincar wilayah Victoria, dan Melbourne merupakan salah satu kota yang menampung mereka.

Bangunan-bangunan di China Town didominasi warna merah, dengan ukiran kepala naga dan ornamen khas China lainnya. Gapura dengan ukiran khas China akan menyambut pengunjung saat baru tiba. Ketika menjejakkan kaki ke sana, suasananya mirip dengan China Daratan. Nuansa China sungguh kental walaupun tempat tersebut berada di tengah Kota Melbourne.

 

 

ADA APA SAJA DI SANA?

Ada banyak kios-kios yang menjual barang-barang khas China dan aneka restoran masakan China. Semuanya mengundang selera. Harga di beberapa toko bisa ditawar, tapi nggak bisa terlalu murah juga perbedaan harganya. Nggak seperti belanja di China beneran. Jam buka kebanyakan toko dan restorannya pukul 09.30-21.00.

 

 

Di kawasan ini juga terdapat Chinese Museum yang merupakan bangunan yang mirip rumah tradisional China dan didominasi warna merah. Museum ini banyak menyimpan benda-benda bersejarah China. Beberapa benda tersebut adalah artefak-artefak China kuno, dokumen-dokumen bersejarah, foto-foto kuno dsb. Naga merupakan salah satu ikon di Chinese Museum yang cukup menarik perhatian pengunjung. Bagi orang China, naga atau liong dianggap sosok yang bijaksana seperti dewa.

Harga tiket: AUD 8 (dewasa), AUD 6 (anak-anak)

Jam buka: 10.00-17.00

 

 

INFO

  • Waktu di Melbourne 3 jam lebih cepat dari WIB.
  • Mata uang: Dolar Australia (AUD). AUD 1= +/-Rp 10.100.

 

CARA KE MELBOURNE DARI JAKARTA

Naik Qantas Airways rute Jakarta-Melbourne harga tiket PP USD 700-900. Kalau naik low cost carrier biasaya transit dulu di salah satu kota di Asia. Harga tiket PP Rp 5.000.000-8.000.000, belum termasuk makan dan bagasi. Beberapa maskapai yang memiliki rute dari Indonesia antara lain Qantas, Garuda, Jetstar, Air Asia dan Virgin Australia.

 

BANDARA

  • Melbourne International Airport (MEL), Tullamarine, Victoria, Australia.
  • Avalon Airport Australia, 80 Beach Rd, Lara VIC 3212, Australia.

Pesawat dari Indonesia biasanya mendarat di Melbourne International Airport Tullamarine.

 

TRANSPORTASI DALAM KOTA

Selain taksi tentunya, ada tram yang merupakan transportasi umum gratis di Melbourne. Tapi hanya gratis di zona-zona tertentu yang disebut Free Zone. Saat bepergian di Melbourne, mintalah peta tram untuk mengetahui zona gratis dan zona berbayar. Selain itu ada juga bus umum yang memiliki ratusan rute. Kalau jarak bepergian cukup dekat, sebaiknya naik tram gratisan saja. Naik bus untuk rute yang agak jauh dan nggak termasuk rute tram gratis.

 

Smart Card di Melbourne

Untuk naik transportasi publik sebaiknya beli Myki Card. Ini adalah smart card untuk naik bus, tram dan kereta di Melbourne. Harga Myki Card untuk dewasa AUD 6. Sedangkan untuk anak-anak dan lansia AUD 3. Tapi ini baru harga kartunya saja. Kartu harus di-top-up di minimarket-minimarket terdekat.

Teks & Foto: Lisa Merinda
Comment