ANTARA NASI RAMES DI ROTTERDAM DAN HOMESTAY DI TORAJA 2016-05-30 00:00

 

Restoran dengan menu Indonesia memang tidaklah asing bagi masyarakat Belanda. Di beberapa kota besar di Belanda ada restoran khas Indonesia. Seperti Restoran Garoeda di Den Haag (The Hague) ataupun Restoran Anugerah di Rotterdam.

 

Seorang pelanggan warga Belanda

 

Nah, dalam satu kesempatan saat MyTrip diajak menikmati keindahan destinasi wisata Belanda oleh Netherlands Board of Tourism  and Convention (NBTC), saat berada di Kota Rotterdam kami mampir ke Restoran Anugerah yang berada tidak jauh dari kawasan Markthal, kawasan belanja yang tersohor di Rotterdam. Restoran itu tepatnya berada di Botersloot 54A, 3011 HJ Rotterdam, Belanda.

Sapaan khas Indonesia yang dilontarkan saat menginjakkan kaki di depan pintu masuk dibalas dengan ramah oleh pemilik rumah makan yang sedang sibuk dengan masakannya. “Silakan duduk,” kata pemilik rumah makan yang kemudian mengenalkan diri bernama Dina Salle, yang berasal dari Tana Toraja, Sulawesi Selatan.

 

Nasi Rames

 

Setelah menyajikan hidangan nasi rames yang dipesan, Dina Salle dengan ramah mengobrol dan menceritakan perjuangan dirinya dalam membangun usaha rumah makan ini. “Nasi rames menjadi menu favorit, selain menu daging rendang serta nasi kuning,” ujar Dina Salle, mengawali kisah perjuangannya.

 “Saya ke Belanda ikut tante saya, untuk bantu jaga anak sekaligus bantu jaga restoran. Tapi karena sesuatu hal, saya akhirnya keluar dari rumah tante dan mulai berjuang hidup di negeri orang. Saat itu susah sekali apalagi saya tidak memiliki pendidikan yang cukup,” ujar ibu beranak satu itu.

Merasa tidak memiliki pendidikan cukup dan tuntutan hidup, Dina pun bekerja apa saja. Mulai jadi buruh pabrik hingga merawat kucing di rumah penampungan. “Semua saya lakukan dengan ikhlas dan dalam kesusahan itu saya selalu berdoa pada Tuhan, Tuhan bantu saya untuk bisa bekerja sesuai dengan talenta saya. Dan puji Tuhan, secara pelan tapi pasti Tuhan menunjukkan jalan bagi saya. Saya pun akhirnya menyadari talenta saya di bidang kuliner. Apa yang saya masak walaupun belum pernah saya buat sebelumnya, selalu enak. Akhirnya saya mulai jualan makanan di pelataran Markthal dan selalu laris. Menu pertama yang saya jual nasi kuning,” cerita Dina yang beberapa kali memenangi penghargaan dalam festival kuliner di Den Haag Belanda.

Dari jualan di pelataran itu, suatu ketika, tiba-tiba Dina ditawari untuk membeli kios yang kini dijadikan Restoran Anugerah. “Kenapa restoran ini saya beri nama Anugerah? Karena ini benar-benar anugerah dari Tuhan. Bayangkan, saat ditawari tempat ini saya tidak punya uang sebanyak itu. Tapi orang itu bilang saya bisa mencicilnya. Padahal ada orang lain yang ingin membeli kontan, tapi orang itu memilih saya yang membeli. Ini benar-benar anugerah. Mulailah saya berjualan. Tidak lama kemudian, datang wartawan Belanda yang mau mempromosikan rumah makan ini. Awalnya saya tolak karena takut bayar. Kan di sini kalau dipromosiin harus bayar. Tapi wartawan itu bilang gratis. Puji Tuhan, setelah dipromosikan itu lambat laun usaha ini berkembang,” papar Dina yang  dalam perjalanan hidupnya 2 kali gagal dalam pernikahannya, dan sekarang hidup bahagia bersama suami ketiga.

 

Beberapa menu di Restoran Anugerah

 

Restoran yang menampung sekitar 15 hingga 20 orang ini kini menyajikan beraneka menu Indonesia seperti  nasi rames, nasi kuning, daging rendang, gado-gado, nasi goreng jawa, ayam pedas  dan sebagainya. Harga yang dipatok mulai dari EUR 5 hingga EUR 12,5. Dan pembelinya kebanyakan orang Belanda, yang sudah akrab dengan menu Indonesia. “Ya, sesekali datang orang Indonesia yang sedang berkunjung ke Rotterdam.”

Meski usaha ini sudah bagus, 3 tahun lagi rencananya Dina akan menjual restorannya. “Saya akan kembali dan menetap di tanah kelahiran Toraja. Kebetulan suami 3 tahun lagi pensiun, sedangkan anak satu-satunya sudah menikah dengan orang Australia dan menetap di sana. Kami pun sepakat untuk kembali ke Toraja. Saat ini saya sudah membangun sebuah homestay yang akan saya jadikan usaha baru di Toraja. Di halaman belakangnya akan saya  bangun restoran. Nanti datang ya saat pembukaan homestay-nya?” ajak Dina mantap.

Apakah keputusan Dina Salle ini membuktikan kebenaran sebuah pepatah “Walaupun hujan emas di negeri orang, tetap lebih enak hujan batu di negeri sendiri”? Entahlah. Hanya Dina Salle yang merasakannya. Sukses ya!

Teks & Foto: Adi Pamungkas
Comment