SUDAHKAH TRIPPERS KE KAWASAN KARST TERBESAR KEDUA DI DUNIA DI MAROS? 2018-06-01 00:00

Hai Trippers, jika kalian merencanakan liburan ke Makassar di Sulawesi Selatan, jangan hanya singgah ke Benteng Rotterdam atau Pantai Losari saja ya. Karena di Sulawesi Selatan masih banyak destinasi lain yang sangat disayangkan kalau tidak dikunjungi. Contohnya Kabupaten Maros yang terletak tidak jauh dari Makassar.

Nah, yang akan dibahas di artikel ini adalah gua prasejarahnya yang berada di Taman Prasejarah Leang Leang yang berlokasi di Kecamatan Bantimurung, Kabupaten Maros. Taman tersebut sebenarnya merupakan bagian dari Taman Nasional Bantimurung, dan Taman Leang Leang menjadi favorit karena memiliki keunikan tersendiri.

Buat Trippers yang mau mengunjungi Taman Leang Leang, kalau dari Makassar ke Kota Maros dulu kurang lebih 1 jam berkendara. Lalu dari Kota Maros menuju Taman Leang Leang, Kecamatan Bantimurung dengan jarak kurang lebih 25 km atau sekitar 45 menit. Jadi total butuh 1 jam 45 menit. Sementara jika berangkat langsung dari Bandara Hasanuddin yang berada di Kabupaten Maros, berjarak kurang lebih 50 km atau sekitar 1-1,5 jam perjalanan dengan menggunakan kendaraan roda dua ataupun roda empat. Disarankan menggunakan kendaraan pribadi atau rental ya, karena belum tersedia transportasi umum yang menghubungkan Kota Maros dengan Taman Leang Leang.

Lalu apa sih yang menarik dari Taman Leang Leang? Banyak, salah satu yang menarik ketika memasuki kawasan Bantimurung, Trippers akan disuguhi panorama pegunungan karst yang saling berjejeran. Pegunungan yang tinggi menjulang ini telah berusia ribuan tahun dan mendapat pengakuan dari dunia sebagai kawasan karst terbesar kedua setelah yang ada di Guangzhou China. Total areanya 43.750 hektar, dengan 286 gua dan lebih dari 30 gua prasejarah.

Ketika telah sampai di Taman Leang Leang Trippers akan disambut oleh pihak pengelola sembari menyodorkan tiket masuk. Mereka pun menyediakan jasa pemandu meskipun tidak ditentukan besar tarifnya alias sukarela. Jasa pemandu ini biasanya dipakai kalau pengunjung ingin memasuki area Gua Pettae.

Di luar Gua Pettae saja sudah terlihat pemandangan yang cantik lho. Nampak banyak sekali batuan karst baik yang berukuran kecil, sedang ataupun besar. Lalu tempat yang paling ditunggu-tunggu dan wajib didatangi apa lagi kalau bukan gua yang terkenal dengan lukisan prasejarahnya yakni Gua Pettae.

Untuk mengunjungi lokasi Gua Pettae, Trippers wajib menggunakan jasa pemandu yang nantinya akan mengantarkan serta menjelaskan sejarah terbentuknya lukisan tersebut. Jasa pemandu memang diwajibkan karena pintu menuju lokasi selalu terkunci, hal ini untuk menghindari maraknya aksi-aksi vandalisme yang tak bertanggung jawab.

 

Baca Juga:  ADA PANTAI BARU LAGI NIH DI GUNUNGKIDUL! PANTAI MBULUK NAMANYA

 

Lokasi Gua Pettae ini tidak jauh dari lokasi parkir kendaraan atau membutuhkan waktu kurang lebih 5-10 menit dengan berjalan kaki, jalanannya pun sudah sangat baik dan datar, yakni sudah berupa jalan yang dicor semen. Sepanjang perjalanan Trippers dipastikan tidak akan merasa bosan karena pemandangan karst yang seolah mengelilingi ke mana pun kalian melangkahkan kaki.

Mulut Gua Pettae posisinya berada di atas, jadi Trippers diharuskan menaiki 26 anak tangga sebelum akhirnya sampai di mulut gua. Gua yang relatif sangat kecil dan dengan pijakan berupa tanah ini memudahkan Trippers untuk langsung menemukan letak lukisan yang dibuat oleh manusia prasejarah pada waktu itu tanpa harus menyusuri gua lebih dalam. Pada dinding gua akan terlihat lukisan berupa lima telapak tangan, satu buah tombak dan satu gambar babi rusa yang nampak seperti sedang melompat.

Meskipun keadaan gua yang terang dengan penyinaran matahari yang mencukupi, namun untuk mengambil foto lukisan prasejarah ini Trippers harus naik ke atas sebuah batu yang agak tinggi. Dengan demikian Trippers akan mendapatkan gambar dari jarak yang lebih dekat dan jelas. Disarankan untuk melepas alas kaki, karena batu ini agak licin meskipun kondisinya selalu kering.

Berdasarkan penjelasan dari pemandu, gambar tangan tersebut merupakan tangan perempuan yang berusia lebih dari 5.000 tahun. Ukurannya pun tidak terlalu besar dan kemungkinan dibuat dalam waktu yang tidak bersamaan. Gambar telapak tangan tersebut merupakan simbol penolak bala. Sementara untuk proses pembuatannya pun termasuk unik, yakni dengan cara menempelkan telapak tangan ke dinding gua, lalu menyemprotkan cairan berwarna merah dari dalam mulut. Cairan merah tersebut diduga berasal dari mineral merah hematite yang banyak sekali ditemukan di sekitar gua. Namun ada juga yang menyebutkan cairan merah tersebut adalah getah dari tumbuhan tertentu yang dikunyah seperti sirih.

Untuk mengunjungi Taman Leang Leang diwajibkan membayar tiket masuk sebesar Rp10.000 saja. Dengan harga yang relatif murah Trippers bisa menikmati 2 tempat sekaligus, yakni Taman Karst dan juga Gua Pettae. Plus tambahan biaya jasa pemandu kalau ke Gua Pettae. Sementara biaya parkir mobil Rp5.000 dan motor Rp2.000. Di area wisata ini juga sudah terdapat warung makan dan toilet umum.

Tempat wisata ini cocok untuk anak-anak jika sebatas menikmati Taman Leang Leang dengan suguhan pemandangan batuan karst, namun tidak direkomendasikan jika yang menjadi tujuan adalah Gua Pettae.

Teks & Foto: Arief Nurdiyansah
Comment