BERTEMU PANGLIMA PERANG DI BENTENG NONE 2016-08-31 00:00

 

Letaknya dari Jalan Trans Timor di dekat Kota Soe, Pulau Timor (bagian Indonesia) sebenarnya nggak jauh, sekitar 1 km, dan ditempuh dengan mobil melalu jalan tanah hanya 10-15 menit. Kalau dari Soe +/-30 menit. Jadi bukan di tempat yang terpencil dan susah dijangkau. Tapi taruhan deh, mayoritas kita nggak pernah mendengar namanya: Benteng None. Benteng peninggalan Kerajaan Amanuban di Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS) ini lebih tenar di kalangan turis asing, bahkan jadi favorit.

 

TAK SEPERTI BENTENG YANG KITA BAYANGKAN

Jangan bayangkan bentuknya seperti benteng-benteng lainnya di Indonesia, seperti Benteng/Fort Rotterdam di Makassar Sulawesi Selatan, atau Benteng  Van Der Wijk di Kebumen Jawa Tengah. Benteng None ini jauh lebih kecil, cuma sekitar 80 X 44 m. Area benteng yang lebih mirip kampung adat di tengah kebun ini dipagari tumpukan batu-batu alam. O ya, None ini diambil dari nama kampungnya, Kampung None, di Desa Tetaf, Kecamatan Kuatnana, Kabupaten TTS.

 

 

Melewati gerbang bertuliskan “Selamat Datang di Benteng None”, kita akan menjumpai bangunan utama yang disebut Ume Kbubu yang artinya “rumah bulat”. Di rumah bulat beratap rumbia inilah para wisatawan yang berkunjung duduk melingkar mendengarkan penjelasan sang penjaga benteng yang biasa disebut juga panglima perang. Penjaga benteng mengenakan pakain kebesaran adat berupa kain sarung, ikat pinggang dan ikat kepala yang semuanya dari tenun ikat. Juga ada kalung menggantung di lehernya.

 

 

Wisatawan berkumpul di Ume Kbubu

 

Menurut penjelasannya dalam Bahasa Indonesia yang lancar, benteng ini sudah dipakai oleh 9-10 generasi Suku Tauho yang mendiami kampung itu dan sudah ada sejak sekitar 200 tahun lalu. Sangat menarik mendengar ceritanya, salah satunya bagaimana zaman dahulu mereka melakukan persiapan perang dengan suku lain. Selain melakukan pengintaian atau pengamatan tentang dari arah mana musuh akan datang, panglima perang juga harus bisa meramalkan hasil perang, baru kemudian memerintahkan pasukannya menyerang. Meramalkan hasil perang, apakah mereka akan menang atau kalah dilakukan dengan menggunakan telur ayam kampung dan tongkat. Ada telur yang digambari 4 arah mata angin, ada tongkat dan tangan yang direntangkan, ada kuku yang menyentuh tiang, ada telur yang berdarah atau tidak berdarah saat dipecahkan. Arti persis dari semua itu, datang dan dengarkan sendiri ya...

 

Cara meramalkan hasil perang

 

Sang penjaga ini juga memperlihatkan 3 alat perang yaitu senapan (hanya berupa dummy terbuat dari kayu) untuk menyerang dalam jarak jauh, tombak untuk menyerang jarak dekat, dan golok untuk menebas leher musuh untuk kemudian kepalanya dibawa dan ditunjukkan kepada raja sebagai bukti mereka telah menang perang.

 

Panglima perang di bawah pohon beringin

 

BISA BELANJA KAIN TENUN JUGA LHO!

Setelah sang panglima perang selesai dengan penjelasannya, kita bisa kembali ke bagian depan benteng di sisi lain, dan di sana ada cukup banyak penduduk lokal menggelar dagangannya. Ada kain tenun ikat digantung-gantung, ada kerajinan berupa patung-patung kayu, ada koin-koin gulden, dan banyak lagi.

 

Kain-kain tenun

 

Kerajinan kayu

 

MASUK KE SINI BAYARKAH?

Nggak perlu bayar, tapi minta izin dulu. Biasanya kalau kita ke sini dengan supir orang sana, mereka sudah ngerti bagaimana dan ke mana minta izinnya. Biasanya turun dari mobil kita menunggu dulu sampai sang panglima perang sudah siap dengan pakaian kebesarannya.

Usai kunjungan, kita diminta mengisi buku tamu, dan saat itulah, meski nggak diminta, sebaiknya kita memberikan donasi serela dan sepantasnya. Kalau Anda rombongan kecil, mungkin cukup Rp 50.000/rombongan. Kalau rombongan lebih dari 10 orang tentunya minimal beri donasi Rp 100.000. Atau kalau Anda suka beli kain tenun dan barang-barang kerajinan lokal, ya belilah yang banyak. Berbagi rezeki.

 

 

Teks: Mayawati NH Foto: Mayawati NH, Nuno
Comment
masteradmin123456

Guide lokal yg kami pake waktu itu ya hanya supir kami yg orang asli Timor. Mungkin maksudnya guide lokal ya si panglima ini, memang kita hrs memakai jasa si panglima ini kalau mau masuk benteng, sekalian diceritain sejarah benteng dlsb sama dia

2017-05-18
Juliet

Sudah pernah dengar mengenai Benteng ini, tapi katanya harus pakai guide lokal.Ternyata bisa juga tanpa guide lokal. Thanks infonya.

2017-04-10
masteradmin123456

Guide lokal yg kami pake waktu itu ya hanya supir kami yg orang asli Timor. Mungkin maksudnya guide lokal ya si panglima ini, memang kita hrs memakai jasa si panglima ini kalau mau masuk benteng, sekalian diceritain sejarah benteng dlsb sama dia

2017-05-18